Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, saya akan menuliskan kalimat argumentasi 'crazy imagination' saya. Bukan karena hal yang akan saya ceritakan adalah hal yang penting, tapi justru itu karena tulisan saya kali ini adalah hal-hal kecil yang mungkin luput dari pemikiran kita.
Ini adalah tulisan bener saya yang pertama. Sekali lagi setelah sekian lama tidak menulis posting-an yang "bener". Dan di saat saya sedang mengerjakan pr kimia, banyak hal yang terlintas di pikiran saya. Salah satunya adalah tulisan-tulisan yang pernah saya baca dari Raditya Dika. Dan itu yang akan saya ceritakan saat ini.
Ok, here they are.
1. Hal (yang sepertinya) kecil yang seharusnya tidak saya jadikan pikiran malah terkadang bisa membebani saya. Bisa mengubah mood saya, bisa mengecewakan saya, dan saya nggak pernah tahu kenapa setiap saya pingin mengontrolnya, saya tidak bisa. Seperti ini "Saya tidak pernah tahu kenapa kekecewaain ini bisa berubah seperti kanker yang menyebar dan menggerogoti perasaan saya sendiri... Lama-lama ngebunuh dari dalam... dan mati. Saya tidak pernah tahu bagaimana harus mensiasati ini. Saya tidak pernah tahu kenapa buat saya, what has done yah done... the damage has been done, and nothing we can do about it. There is absolutely nothing we can do about it. Kenapa? Kenapa saya tidak bisa membuat semua ini seolah tidak nampak, dan jalan terus. Kenapa? Kenapa? Kenapa saya harus membuat semuanya sempurna? Mungkin ini kutukan untuk menjadi seorang perfeksionis.....atau seorang yang rentan?"
2. Coba pahami ini, "Saya sangat kagum bagaimana sebuah kejadian bisa terjasi. Katakanlah begini, jika seseorang menikah karena kenalan di facebook, bagaimana jika facebook tidak diciptakan? Bagaimana jika komputer tidak diciptakan? Bagaimana jika Bill Gates pada waktu itu meneruskan kuliahnya di Harvard Law dan melupakan mimpinya untuk membuat personal computer? Maka komputer tidak akan ada, facebook tidak punya wadah, dan dua orang ini tidak akan kenalan. Mereka mungkin akan menikah dengan orang lain, dan cerita hidup mereka akan completely berbeda, anak-anak yang berbeda, nasib yang berbeda."
Setiap elemen-elemen dalam semesta ini mempertemukan kita ke jalan yang kita ambil. Apa ini semua sudah diatur, atau kita membuat ilusi bahwa sesungguhnya kita bisa mengatur ini? Apakah, perpisahan juga sudah diatur rapi? Ya, itu pertanyaannya, jika pertemuan seseorang direncanakan oleh "nasib" apakah perpisahan juga seperti itu? Dan jika iya, siapa yang bisa disalahkan?
3. Dan ini. "Bagaimana kita tahu apa yang kita pilih itu 'benar'? Bagaimana kita tahu apakah kita akan bahagia dengan pilihan kita. Aksi kita. Konsekuensi kita. Relativisme dalam contoh yang paling sempurna. Filsafat katanya bisa membantu kita memecahkan permasalahan-permasalahan dalam hidup, tapi yang ada justru pertanyaan satu mengikuti pertanyaan lain."