Rabu, 19 Oktober 2016

Biaya Hidup Kuliah di PKN STAN

Awalnya, aku selalu berpikir kuliah di luar kota akan menghabiskan banyak biaya. Biaya kos, biaya makan sehari-hari, biaya kebutuhan sehari-hari, dan biaya lainnya. Ternyata, benar. Aku bukan berasal dari keluarga yang berada. Papaku hanya seorang pegawai BUMN PT Pos Indonesia dan ibuku seorang guru PNS. Namun, aku bangga dengan mereka berdua. Aku tidak pernah bercita-cita kuliah di Universitas ternama di luar kota Malang. Tidak seperti kebanyakan teman SMA ku yang bercita-cita kuliah di UI, ITB, UGM, IPB, maupun universitas lainnya. Paling-paling keinginan kuliah di luar kota adalah di Surabaya. Namun, dengan biaya kuliah gratis di PKN STAN. Kampus ini menjadi tujuan utamaku setelah lulus SMA. Aku pikir Uang Kuliah Tunggal di Universitas Brawijaya selama 1 semester hampir sama dengan biaya hidupku di PKN STAN Bintaro ini.

Semasa kuliah di Universitas Brawijaya aku mendapatkan sangu bulanan sebesar Rp. 700.000. Ini aku gunakan untuk keperluan sehari-hari seperti bensin, makan, nongkrong, nonton, dan membeli keperluan lainnya. Jika dirinci, maka pengeluaranku ketika kuliah di Universitas Brawijaya seperti ini :

Bensin 1 bulan :                Rp. 250.000 (15.000 utk 2 hari)
Pulsa                :                Rp.   50.000

Sudah. Untuk makan sehari-hari aku selalu makan di rumah, Saat SMA, aku selalu membawa bekal dari rumah untuk makan siangku. Saat di UB, beberapa kali aku makan dengan biaya tidak sampai 10.000 di warung Mama belakang Poltek. Jadinya, rata-rata pengeluaranku per bulan hanya Rp. 500.000.

Ya mungkin lebih, karena aku sering keluar makan dengan Laksmi. Tapi, aku mempunyai penghasilan dari stop motion yang sangat membantu keuanganku.

Saat awal-awal di PKN STAN, pengeluaranku aku hitung sekedarnya saja. Tetapi, baru aku menyadari akhir-akhir ini kalau pengeluaranku bulan-bulan sebelumnya cukup besar. Aku menghambur-hamburkan uang karena merasa uangku banyak. Penghasilan stop motion benar-benar membuatku terlena. Akhirnya, sejak bulan Juli aku benar-benar merinci benar pengeluaranku per bulannya. Uang sanguku tiap bulannya Rp. 1.500.000. Namun, aku tiap bulannya mengembalikan Rp. 500.000 atau Rp 1.000.000 tersebut ke rekening ibuku. Jadi, aku mendapat sangu Rp. 1.000.000 atau Rp. 500.000. Untuk, pengeluaran rata-rataku per bulan mencapai Rp. 1.500.000. Padahal, aku sudah mencoba menghemat dengan membeli makan sebesar 5000 Rupiah per makan saja. Tetapi, biaya lain-lain seperti jersey organda, tiket pulang, deterjen, listrik, dan lain-lain membuat pengeluaranku menjadi besar. Aku memanfaatkan penghasilanku dari stop motion untuk menutupi biaya yang kurang. Berikut contoh pengeluaranku selama di PKN STAN

September 2016

Sangu dari orang tua :                               Rp. 1.500.000
---------------------------------------------------------
Pengeluaran :
Sangu dikembalikan ke orang tua :           Rp. 1.000.000
Amal                                              :          Rahasia
Makan selama sebulan                  :           Rp. 615.500 (sekitar 20.000 per hari)
Makan dan nongkron selain nasi   :           Rp. 221.800
Wifi                                                :           Rp. 51.000
Pajak Stop Motion                         :           Rp. 60.750
Listrik                                            :           Rp. 106.000
Kartu merah pas turnamen            :           Rp. 20.000
Belanja keperluan bulanan            :           Rp. 77.200
Uang kas & ATK                           :           Rp. 49.000
Futsal                                             :           Rp. 11.000
Laundey 1x                                    :           Rp. 7.500
Transportasi bensin                        :           Rp. 40.000
-----------------------------------------------------------
Total Pengeluaran                          :            Rp. 2.506.650


Tentu ini bervariasi tiap orang. Contohnya saja yang membuat pengeluaranku besar adalah uang yang aku kembalikan ke orang tuaku sebesar Rp 1.000.000. Padahal, kalau tidak ada itu pengeluaranku Rp 1.506.650 saja. Makan dan nongkrong selain nasi aku juga pernah menghabiskan uangku sebesar 123.000 waktu itu. Aku sudah berusaha menghemat sedemikian rupa, namun rasnaya masih tetap banyak pengeluarannya hehehe.

Begitulah, biaya kuliah hidup di PKN STAN.

Selasa, 11 Oktober 2016

The Epic Story of Farewell #1 - Pengumuman SNMPTN

Berada di perantauan malah membuatku semakin merindukan rumah. Merindukan rumah malah membuatku semakin nostalgic dan membuka semua cerita, chat, gambar dari kejadian masa silam. Jadilah, aku barusan membuka chat What's Next Squad yang bertanggal 9 Mei 2015. Persis 1 tahun 6 bulan yang lalu. Saat pengumuman SNMPTN diposting.

Saat itu, dari 14 anggota grup What's Next hanya 2 orang yang diterima. Nabila di FK Unpad dan Dinda di FTI ITS. Padahal, hampir semua yang ada di grup itu optimis diterima SNMPTN. Optimisme kami cukup masuk akal mengingat trend positif smanti yang selalu banyak diterima di perguruan tinggi. Apalagi, banyak diantara kami yang berada di peringkat atas paralel. Kami juga dengan penuh strategi memilih jurusan yang benar-benar berpeluang besar. Contohnya, Laksmi di FKG Unair (tak kaget dengan peringkatnya yang tinggi),  Syafiq di IPB (Dekan IPB alumni smanti), Cahya di Pend. Matematika UM, Vicky di FTI ITS, dan aku di PWK UB. Kami masing-masing berada di peringkat pertama di tiap pilihan kami.

Awalnya, hari itu adalah hari yang paling mendebar-debarkan. Meski begitu, aku yakin di grup Whats Next yang sejak pagi hari ramai membahas pengumuman SBMPTN banyak di antara mereka optimis akan lulus. Begitu pukul 17.00 tiba, semua kaget dan tidak percaya dengan pengumuman itu. Kami semua gagal diterima snmptn #readteam.