Selasa, 31 Januari 2012

Pengisi Malam Sepi

Gak tahu kenapa. Menurutku, menulis di malam hari membuatku merasa nyaman. Mungkin, karena suasana sedang sepi, orang-orang tengah tidur, dan aku bisa leluasa menulis apapun yang ada di hatiku. Menulis sambil mendengarkan lagu ini, membuatku kembali menaiki mesin waktu dan kembali menuju waktu sebelumnya. Lalu aku kembali membuka semua posting-ku, My Note Book, miscommunicationWhat is this?, dan semua tulisanku tentang dia 'yang diharapkan'. Memadukan dua kegiatan yang sedang aku lakukan, menulis dan mendengarkan, membuatku menjadi merasa sedih, nostalgic, dan ada keinginan untuk menulis sesuatu.

Dengan pikiran yang kosong, dengan perasaan menggebu-gebu, aku menulis posting ini di tengah kesunyian malam. Dan tulisan ini aku mulai dengan cerita sedih masa lalu. Aku cuma ingin orang-orang tahu bahwa gak selamanya aku selalu senang. Ada masa dimana aku harus patah hati dan aku tidak pernah mengatakannya hanya karena untuk membuat suasana tidak se-melankolis orang yang sedang patah hati.

Menulis ini, kembali memaksaku untuk mengeluarkan segala memori yang tersimpan rapi di otak ini. Tentang perjalanan cintaku yang tidak selalu mulus. Tentang seseorang yang pernah sangat aku harapkan. Tidak terasa sambil menulis ini aku merasakan suatu perasaan yang meletup pelan-pelan. Dan aku kembali menulis  dengan mengalir sendirinya, mengikuti irama perasaanku. Kata per kata. Dan kalimat per kalimat.

Sudah lama aku gak cerita tentang pengalaman cintaku.  Pengalaman yang hanya berawal dari rasa kecil. Suatu ketertarikan fisik yang biasa, hingga tumbuh menjadi perasaan cinta dan menghalangi segala logika ku yang berkata, " Hey! Kalian tidak memiliki kesamaan apapun. Lupakan saja dia! Kamu bukan orang yang pantas untuknya!". Semua rasa yang awalnya tidak pernah bisa aku ungkapkan kepada dia 'yang diharapkan'. Orang bilang kalau kita sedang jatuh cinta, katakan saja apa yang kita rasakan. Itu bisa membuat kita lega. Entah nantinya kita merasa sedih atau tertawa. Aku ingin merasakan keduanya, bukan hanya sedih atau hanya tertawa. Tapi, aku ingin merasakan tertawa di kala aku menulis ini dan sedih di kala aku harus kembali memaksa diri ini untuk terus mengorek-ngorek ingatan yang tidak pernah sukses untuk aku lupakan.

Aku terus menulis, menghapus, hingga aku sadar apa yang aku tulis tidak akan mampu menyampaikan apa yang aku rasakan. Orang lain boleh mengatakan, "Aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan". Tetapi, bagiku tidak. Mereka tidak benar-benar ada dalam posisi kita. Mereka terus maju ke depan dan menganggap kita seperti remaja normal lain serta meninggalkan kita yang masih belum bisa sepenuhnya bangkit.

Menulis ini membuatku cukup lelah. Entah lelah karena jariku tidak cukup kuat untuk menulis tentang dia 'yang diharapkan' atau lelah karena terlalu besar memori yang harus aku tuangkan di sini. Aku berhenti, dan kembali membuka foto-fotonya hasil dari jepretanku sendiri. Sejenak aku tertawa. Membayangkan ketika itu aku memata-matainya dengan mengambil gambar dari setiap kegiatan yang dilakukannya. Terkadang tanpa sadar ketika aku mengambil gambarnya, pandangannya mengarah pada kamera yang aku pegang. Mebuatku malu dan segera menyembunyikan kamera. Berpura-pura tidak ada yang terjadi dan berharap dia tidak curiga kepadaku.

Dan di sini aku. Di depan sebuah layar laptop, menulis sesuatu tentang perasaaan hati yang tidak terungkapkan. Tentang seseorang yang pernah mematahkan hatiku hingga menjadi patahan-patahan yang tidak beraturan. Dan dengan susah payah aku kembali membangunnya. Menaruh sebuah harapan bahwa suatu saat dia tidak akan mematahkannya lagi.

Aku melihat jam. Sudah jam 11 malam kurang. Aku mencoba untuk tidur dan mempublikasikan tulisan ini.

Aku menutup mataku dan berdoa 'Terima kasih sudah mempertemukan aku dengannya walau aku belum tahu pasti akhir cerita ini'. Sekarang, yang aku inginkan adalah tidur agar aku bisa bersiap untuk sekolah besok. 10 menit, 20 menit. Aku tidak juga bisa tidur. Aku kembali membuka laptop dan membaca ulang semua posting ku. Berharap itu bisa membuatku tidur. Kata orang membaca membuat kita mengantuk. Mudah-mudahan saja itu benar. 

Dan ini sebuah kesialan kecil ketika aku tidak bisa kunjung tidur. Aku putuskan untuk memperbaiki posting-posting yang pernah aku publikasikan. Menulis hal lain, mungkin akan mengalihkan pikiranku dari perasaan ini. Ternyata salah, kesunyian malam ini semakin menjadi dan membuatku tidak bisa tidur walau hanya untuk beberapa jam. 

Yah, mungkin memang benar. Kadang, sakit hati bisa membuat orang susah tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar