Yah.. akhirnya gagal juga di tahap II tes tugas belajar D4 PKN STAN. Setahun lalu aku sempat mengikuti bimbingan belajar online di salah satu bimbel bersama Dimas, Dwi, dan Faisal. Kami patungan ber-4 menggunakan atas namaku hehe. Tapi, bahkan sekalipun kami tidak pernah masuk lesnya. Sebulan pertama sih kami rajin merekam kelas zoom-nya. Tapi, sisanya kami malas dan sampai tes D4 dimulai pun kami tidak pernah menonton video rekaman tersebut. Sungguh 2 juta (dibagi 4) yang sia-sia.
Ada yang berbeda dengan tes D4 kali ini, harus memiliki prestasi adalah syaratnya. Untungnya aku pernah juara 2 lomba video hari anti korupsi se-DJP (walaupun di-carry Dihan dan Farhan serta yg lain) dan The most productive new comer agent ke-3. Beberapa temanku tidak bisa ikut dikarenakan tidak memiliki prestasi. TUKI di kantorku cukup strict masalah prestasi tersebut, padahal kebijakan kantor lain sungguh longgar. Bahkan menjadi peserta lomba atau menjadi panitia sebuah acara pun bisa menjadi prestasi di kantor lain. Yang cukup menggelitik ada salah satu temanku memiliki 15 prestasi yang diinput yang apabila dia berada di kantorku, tidak satu pun prestasi itu di-acc oleh pegawai TUKI. Mengerikan.
Tes tahap pertama aku lalui dengan cukup baik. Aku berhasil lulus di tes tersebut yang menurutku karena hoki. Soalnya lebih mudah dari USM STAN 6 tahun yang lalu. Karena soal yang mudah itu aku menganggap semua orang bisa mengerjakan dan tinggal adu kehokian. Dan benar saja, aku hoki. Dimas yang bisa mengerjakan semua soal numerikal (40 soal) tidak lulus, aku hanya bisa mengerjakan 37 soal numerikal dan sisanya ngarang jawaban karena kehabisan waktu. Darwan, juga tidak lolos, dia sudah persimis sejak awal sepertinya. Tetapi, memang D4 bukan tujuannya, dia cuma ingin ST ke Jakarta. Serta teman-temanku yg lain banyak yg tidak lolos di tahap 1 ini.
Menghadapi tahap 2 sepertinya bukan adu hoki lagi (walaupun jelas hoki dibutuhkan), tapi adu mental. Soal tipikal TPA yang sangat banyak dengan durasi yang sangat singkat membuat semua orang harus bisa berpikir cepat dan tidak perlu banyak kehati-hatian. Aku salah di langkah pertama dengan sangat hati-hati hingga kehabisan waktu. Hal itu barangkali salah satu hal yang membuatku gagal. Ya, selain tes gambar yang tidak maksimal juga. Berkali-kali aku latihan, walaupun gambaranku jelek, gambaranku cukup proporsional. Anehnya, justru di hari H, gambar pohonku batangnya terlalu tinggi dan gambar orangku matanya besar sebelah wkwkwkw sungguh kalau memang sesuatu tidak ditakdirkan untuk kita, seberapapun kita berusaha, kita tidak bisa menggapainya.
Langkah selanjutnya
Jadi, apa langkah selanjutnya? Jujur, aku belum memutuskan. Aku perlu waku menimbang-nimbang apakah mencoba tes D4 tahun depan atau langsung S1 saja. Sejauh ini yang aku pikirkan, apabila gaji fungsional naik hingga lebih dari 50% mungkin aku akan ambil S1 saja, tapi kalau hanya naik 1-2 juta mungkin aku akan mencoba D4 lagi. Toh belum ada aturan jelas mengenai S1 pada jabatan fungsional penyuluh.