Terpilih menjadi ketua 2 OSIS saat SMP, adalah prestasi terbaikku dalam kehidupan berorganisasi. Meski saat SMA, seringkali aku dijadikan ketua seksi sebuah acara, kasie. publikasi, kasie. distribusi, kasie. perizinan, kasie. outbond, namun tidak sekalipun aku diberikan sebuah amanah yang lebih besar. Pernah saat itu, saat aku bisa menyatukan seluruh anggota kelasku dan kelasku menjadi kelas terkompak seangkatan, teman-temanku bercanda kepadaku agar aku maju untuk pemilihan ketua osis SMA melalui jalur independent. Tentu itu sebuah guyonan, karena calon ketua OSIS harus berada dalam kepengurusan 1 tahun terlebih dulu.
Jujur, meski sering aktif dalam organisasi dan kepanitiaan, sebenarnya aku bukan tipe orang yang suka sibuk. Aku lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman-temanku atau kegiatan menyenangkan lain ketimbang mengurus sebuah acara. Setelah aku pikir-pikir, mungkin aku gagal menciptakan sebuah suasana kekeluargaan dalam diriku setiap mengikuti organisasi atau kepanitiaan. Berawal dari 8 tahun yang lalu, saat aku SMP. 13 dari 24 anggota kelasku aktif dalam OSIS dan MPK SMPN 1 Singosari. Mungkin, itu yang membuat saat itu aku bersemangat sekali untuk aktif di sekolah. Berbeda ketika SMA di mana tak seorangpun anggota kelasku atau orang-orang terdekatku yang aktif dalam organisasi sekolah. Akhirnya, aku lebih memilih menghabiskan sabtu-minggu ku untuk refreshing.
Saat awal masuk SMA, awalnya aku sudah bertekad bulat tidak akan aktif dalam kepanitiaan sebab aku ingin mewujudkan impian terbesar masa SMA ku: menjadi skuad DBL. Sayangnya, impian itu gagal dan aku sedikit demi sedikit mulai mencoba kepanitiaan dan akhirnya ketagihan (meski seringkali aku tidak setotal teman-temanku di kepanitiaan dalam hal kinerja). Saat masuk kuliah, aku juga sudah bertekad untuk hanya aktif dalam Maharema saja (organisasi kedaerahan asal Malang). Namun, ancaman SKPI dan ingin mencari pengalaman membuatku sedikit demi sedikit kembali aktif di kampus.
Hingga saat ini, beberapa kepanitiaan sudah aku ikuti dan alhamdulillah berjalan dengan lancar. Puncaknya, beberapa waktu yang lalu temanku, Unggul, menawariku untuk menjadi wakil koordinator pelaksana Taxer Games 2017. Sebuah acara jurusan pajak di mana dalam acara tersebut mirip seperti classmeeting antar kelas. Aku cukup bimbang saat itu. Namun, dengan berbagai pertimbangan aku menerima tawaran tersebut.
Rapat setiap hari dan pulang malam menjadi makanan sehari-hariku saat ini. Menjadi wakil koordintor pelaksana ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Aku sempat jatuh sakit dan harus bed rest di Malang selama 5 hari gara-gara pulang jam 12 selama 4 hari berturut-turut di saat yang bersamaan juga aku tidak sahur untuk puasa. Aku rasa aku tidak cocok untuk jabatan ini. Tidak cocok untuk memegang amanah ini. Aku lebih senang jika aku mengurus sesuatu yang berhubungan dengan bisnis dan aku otak dari acara/bisnisnya. Tetapi, semakin ke sini semakin aku menyadari bahwa ini adalah pilihan yang telah aku ambil. Aku tidak akan bisa mengubahnya, sedikit demi sedikit aku mulai beradaptasi (baik waktu maupun tubuhku), aku tidak lagi sakit. Tiap merasa kecapekan aku meminum vitamin dan obat. Aku juga sudah mulai membangun komunikasi yang baik antar bidang maupun badan pengurus harian. Aku ingin total untuk Taxer Games ini. Aku ingin total untuk kepanitiaan terakhir ku kali ini. Bismillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar