***
Setelah lelah karena begadang semalaman berusaha mencari ustadz yang mampu menyadarkan adek tingkatku, aku terbangun oleh ketukan pintu dari Akmal. Aku yang sebelumnya mewanti-wanti Akmal untuk bangun pagi, ternyata ketiduran. Akmal mengenalku sebagai orang yang tepat waktu. Tapi, kali ini dia tampaknya sedikit kecewa karena aku baru bangun. Aku jelaskan secara singkat kepadanya mengenai kejadian dini hari tadi. Akhirnya, aku mengambil air wudlu lalu sholat. Sesudah itu aku mandi dan bersiap. Untung saja kemarin aku sudah packing dan menyiapkan baju apa yang akan aku gunakan pagi ini. Jadi, tidak masalah hanya butuh waktu persiapan sekitar 30 menit menuju keberangkatan kami.
"Yopo Mal? Tuku mangan sek a?", tanyaku pada Akmal. Aku terbiasa memulai hari dengan sarapan pagi. Jadi, aku berharap Akmal menjawab iya.
"Gak wes. Engkok wedi telat, mending mangan ndek kono ae", Akmal menjawab sembari meraih tasnya dan kami pun berangkat.
Kami menuju bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan grab car. 92.000. Cukup murah mengingat biasanya sampai harga 125.000. Selama perjalanan aku sudah sibuk merekam segalanya dan nge-vlog. Berharap petualangan di luar negeri pertamaku dapat menjadi pengalaman paling berkesan.
Kami tiba di bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 7.00 pagi. Sebenarnya jam terbang pesawat kita (tiger air) adalah pukul 11.35 tapi karena saking takutnya telat kami sudah tiba sepagi ini. Tentunya dengan perut yang keroncongan karena belum sarapan. Aku mencoba memakan roti yang telah aku siapkan.
Pukul 10.30 aku dan Akmal check in menuju waiting room. Ada kesialan kecil ketika 2 parfumku (aku membawa 3 parfum), diambil oleh petugas karena melebihi batas minimal air yaitu 100ml. Aku berdalih kalau parfum itu suah mau habis, dan memang betul sudah mau habis. Tapi, ternyata alasanku tersebut tidak membuat parfumku dikembalikan.
"Yopo seh ko, kan wes tak omongi gaoleh nggowo benda cair.", kata Akmal kembali mengingatkan
"Lali Mal. Tak kiro mek sabun cair tok seng gaoleh.", jawabku.
Oh iya, selain parfum itu sebenarnya ada 1 lagi percobaan yang aku lakukan. Aku membawa tongsis yang banyak disebut tidak boleh dibawa dalam tas kabin. Dan ternyata tongsisnya lolos sodara-sodara! Alhamdulillah.
***
Setelah terbang selama sekitar 1 jam 45 menit, akhirnya kami sampai di bandara Changi Singapore. Tentu saja ini menjadi pengalaman pertamaku menginjakkan kaki di luar negeri. Awalnya, aku dan Akmal bingung setelah ini harus ke mana. Aku mengambil inisiatif untuk bertanya pada bagian informasi.
"Excuse me mom. I just arrived from Jakarta, where should I go?", tanyaku pada petugas di sana.
"I'm sorry what do you mean?", jawabnya yang ternyata tidak paham maksudku.
Aku langsung saja to the point, "Where is the immigration?"
"Ah down there."
Aku dan Akmal langsung menuju imigrasi dan mengisi form. Antrian tidak begitu panjang dan tiba saat giliran kami. Begitu diperiksa tugas, ternyata kami harus mengisi alamat selama kami di Singapore. Sialnya, kami harus keluar dari antrian, tidak boleh tulis di tempat. Dan begitu melihat antrian belakang, panjang sekaleee!! Setelah selesai semuanya. Kami langsung bertanya ke petugas imigrasi di mana tempat MRT berada. Yang keren dari Singapore adalah stasiun kereta listriknya, bisa 1 gedung dengan mall, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya.
Akhirnya, setelah turun 3 lantai ke bawah kami tiba di loket pembelian tiket MRT. Sebelum berangkat aku mendapat info untuk backpacker sebaiknya membeli singapore tourist pass (STP) yang seharga 20$ utk 3 hari dan bisa digunakan untuk fasilitas transportasi apapun tanpa terbatas.
Aku katakan kepada petugas loketnya, "I want one for three days." Di tanganku membawa 1 lembar uang 50$. Lalu, si petugas tiket bertanya apa aku juga ke universal studio? Aku jawab iya. Kemudian dia menjelaskan dengan bahasa Inggris sangat cepat yang aku benar-benar tidak paham 😂 sebenarnya aku menangkap sedikit dari apa yang dibicarakan petugas loket. Tapi, aku tidak yakin.
Belum ku jawab karena tidak begitu paham dengan apa yang dikatakan dengan bahasa Inggris yang sangat cepat 😂 tiba-tiba Akmal di belakang mengatakan "YES" pada petugas loket. Akmal bilang sempat mengira petugas loket menawarkan promo universal studio. Aku percaya karena seringkali dia lebih paham apa yang dikatakan singaporean dengan bahasa Inggris sangat cepat.
Setelah menggunakan tiket tersebut seharian, baru kami sadari kalau yang kita beli ez-link, bukan STP. Karena ada saldo di kartunya yang berarti kami harus memperkirakan perjalanan kami karena kini perjalanan kami terbatas. Waduh, sial.
Mungkin, benar apa yang aku tangkap dari pembicaraan dengan petugas loket tadi. Yang aku tangkap adalah ada 2 kartu ez-link dan singapore tourist pass. Kalau aku mau ke Universal studio dari vivo city menggunakan kereta, aku tidak bisa menggunakan STP, tetapi harus menggunakan ez-link. Jadi, apa aku mau beli ez-link?
Thanks Akmar for saying YES!
Setelah mendapat kartu ez-link tadi, aku dan Akmal langsung menuju MRT dan turun di stasiun Lavender. Awalnya, kami sempat tersasar karena kesotoyanku. Tapi, karena kecurigaan Akmal yang dari awal mengira kami kesasar. Akhirnya, kami menemukan jalan kebenaran. Padahal, aku sudah mempersiapkan semuanya. Masih aja kesasar hehehe. Yang tidak kami sadari adalah bahwa google maps bisa saja berbeda dari tempat aslinya. Dan itu yang terjadi pada kami. Kami bertanya sana sini di mana kah tempat Moni Gallery Hostel berada. Sampai akhirnya ada seorang bapak-bapak dan 2 anaknya yang memberitahu kami melalui mapsnya. Tampaknya, google maps orang Indonesia dan Singapore berbeda hahahaha I don't know.
Istirahat di hostel sebentar, kami langsung melanjutkan perjalanan kami ke Merlion dan Esplanade. Sebelum itu, kami berkenalan dengan roommate kami yang berasal dari Indonesia juga. Namun, dia bilang dia besar dan tumbuh di Hongkong. Baru waktu dewasa pindah ke Indonesia. Bapak ini juga yang menyuruh kami ke tempat prostitusi Geylang. Akmal semangat sekali menuju tempat ini hahaha. Tapi, tentunya kami tidak ke sana.
Sampai di Merlion hari sudah cukup gelap. Sunset dari sungai yang aku tidak tahu namanya sungguh luar biasa! Kami mengambil beberapa foto dan video di merlion dan esplanade. Tapi, hal yang lucu adalah kami sedih. Kami sedih karena kami menikmati pemandangan lampu perkotaan yang sangat indah, tapi kami menikmatinya dengan laki-laki layaknya homo. Seharusnya kami pergi berbanyak orang atau setidaknya harusnya sama Istri kita hahahaha.
Hingga pukul 10 malam kami kembali ke hostel dan kami sempatkan beli makanan nasi lemak seharga 2,2$. Akhirnya! Kami menemukan makanan ini yang seringkali kami lihat di cerita traveller lain. Makanan Singapore paling murah!
Aku sholat di ruang studio hostel yang sebenarnya diisi oleh 12 orang vietnam. WOW. Tapi, mereka masih belum kembali jadi kami bisa menggunakan ruangan itu. Di sana, aku berkenalan dengan Farhan. Moslem asal Singapore yang mungkin salah satu pengurus hostel ini. Entahlah, aku tidak sempat menanyakan sedang apa dia di sini, Tapi, yang pasti beberapa hari berikutnya kami sempat bertemu beberapa kali ketika melaksanakan sholat, Tapi, tahu tidak? Senang rasanya mendapat teman baru dan beragama sama di negeri orang ini.
Lalu, kami tidur dengan nyenyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar