Sabtu, 03 September 2016

Backpacker to Singapore! - Pertama kali ke negeri orang

Semuanya bermula saat saya membaca buku milik Pandu Whaskita "Bucketlist". Jujur saja, buku tersebut membuat mata saya terbuka dan sadar, untuk pergi ke luar negeri kita tidak harus menjadi orang kaya dan bergelimang harta. Selepas membaca buku Bucketlist tersebut, saya langsung bertekad di dalam hati. Tahun ini saya harus ke luar negeri! Selain Bucketlist, buku yang sebelumnya saya baca adalah 30 paspor di kelas sang professor. Buku yang juga membuka mata saya tentang arti solo backpacker. Awalnya, saya ingin ke luar negeri sendiri tanpa siapapun. Tapi, saya berpikir mungkin akan lebih menarik jika bersama teman-teman saya.

Akhirnya, saya mulai mengajak satu per satu teman-teman saya untuk pergi ke negeri orang. Singapore, Malaysia, dan Thailand adalah tujuan saya. Tanggapan dari teman-teman saya pun beragam. Mulai dari "hah? pake uang siapa?", biasanya teman yang menjawab seperti ini adalah yang belum terbukakan matanya. Makanya beli Bucketlist hehe *malah promosi. Yang tidak disangka-sangka ternyata Laksmi juga merencanakan untuk pergi ke Singapore. Sayangnya, waktu yang berbeda karena Laksmi berencana berangkat saat saya sudah masuk kuliah semester 3.

Saat saya lontarkan ide melancong ini ke teman sekos. Ternyata Akmal, teman kos yang paling sering main ke kamar, adalah orang yang paling bersemangat juga untuk backpacker ke luar negeri. Jadilah Februari 2016 saya dan Akmal mulai merencanakan backpacker ke negeri orang. Setelah berdiskusi panjang lebar kami akan berangkat setelah UAS Semester 2. Maklum, kami kuliah di perguruang tinggi kedinasan yang jadwal bolos pun bisa menyebabkan kami harus drop out hehehe. Untuk negara yang kami kunjungi kami memutuskan untuk pergi ke Singapore dan Malaysia karena alasan budget. Saya tidak mengerti bagaimana Pandu bisa berkeliling 5 negara dengan hanya bermodalkan 3 juta. Hahahaha.

Mulai hari itu kita masing-masing rajin search di internet mengenai negara Singapore dan Malaysia, wisata apa saja yang wajib dikunjungi, berapa budgetnya, dan yang terpenting tiket pesawat. Saat kami merencanakan hal tersebut, saya belum memiliki paspor dan Akmal sendiri paspornya sudah kadaluarsa. Alhasil, kami belum bisa membeli tiket pesawat. Padahal, dari traveloka kami seharusnya berhasil mendapatkan harga tiket 600ribu PP Soetta-Changi dan KLIA-Juanda. Namun, hasrat ingin ke luar negeri selalu menggelora sampai akhirnya saya bertanya ke admin traveloka di twitter. Apakah untuk booking tiket ke luar negeri harus punya paspor? Karena paspor saya masih diurus. Admin traveloka menjawab untuk maskapai AirAsia dan Jetstar sebenarnya tidak membutuhkan nomor paspor ketika booking. Namun, di bandara nanti saat check-in akan diperiksa paspornya.

Saya langsung bersemangat dan memberi tahu Akmal mengenai hal ini. Tetapi, sepertinya Akmal masih takut untuk membeli tiket sedini ini karena 1. Jadwal UAS yang bisa saja berubah 2. Kami masih belum mengurus paspor. Akhirnya, kami tidak jadi membeli tiket saat itu. Ide untuk melancong ke negeri orang perlahan pudar karena kesibukan kuliah. Saat saya bolos kuliah karena harpitnas (hari kecepit nasional)pun saya tidak menyempatkan diri untuk mengurus paspor karena keasyikan nongkron bersama teman-teman hehehehe.

Sampai akhirnya, tiba saat libur hari raya. Kali ini saya kembali bersemangat dan mengoprak-oprak Akmal untuk mengurus paspor. Rabu, 29 Juni 2016 kami berangkat ke kantor Imigrasi di Malang untuk mengurus paspor. Akmal sepertinya khawatir akan antri lama jadi dia mengajak saya untuk mengurus paspor pukul 6 pagi. Namun, saya masih sangat mengantuk dan baru tiba di rumah Akmal pukul 7 pagi. Ketakutan Akmal akan antrian panjang di imigrasi ternyata tidak terwujud. pukul 9 kami sudah selesai mengurus paspor. Sayangnya, disebabkan seminggu lagi lebaran. Paspor kami baru dapat kami ambil 13 Juli 2016.

2 minggu kemudian setelah mendapatkan paspor. Saya dan Akmal mulai mengurus tiket pesawat dan hostel selama di Singapore dan Malaysia. Saya bertugas membuat itenary travel selama kami di sana. Percayalah Itenary hanyalah patokan. 100% tidak semua yang ada di itenary akan terlaksana. Apalagi kalau itenary yang dibuat terlalu khayal seperti buatanku hahahaha.

Beres mengurus semuanya. 21 Agutus 2016 kami akan berangkat ke Singapore!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar