Kamis, 19 Juli 2018

Hidup sebagai anak kecil

Saat kecil aku tumbuh di daerah Lawang Malang. Seperti seorang adik-kakak yang sangat kompak, ke mana pun masku pergi, aku selalu mengikutinya. Masku adalah tipikal orang yang sangat seru, yang pandai melawak dan membawa suasana. Tidak aneh jika dia memiliki banyak teman dan aku jadi kecipratan banyak teman juga. Tidak banyak yang aku ingat ketika aku di Lawang karena saat itu aku masih berumur 3 tahun. Yang aku ingat adalah aku pernah bermain hujan-hujanan di daerah PM dekat rumah Nando hingga aku dan masku takut pulang karena baju kami basah (saat itu kami masih belum dibolehin main hujan-hujan). Akhirnya, karena hujan tidak berhenti juga aku dan masku memutuskan pulang. Papaku yang saat aku kecil sangat disiplin, mengunci pintu dan tidak membiarkan kami masuk sebagai hukuman.

Saat aku pindah ke daerah Singosari, awalnya teman bermainku juga adalah teman bermain masku. Aku bahkan pernah menghabiskan waktu hampir 12 jam di rumah teman masku yang membuat kami dikunci dan tidak diperbolehkan masuk rumah lagi. Keseharianku dihabiskan dengan bermain bersama teman-teman masku. Saat aku mulai bersekolah, aku baru mendapatkan teman-teman yang bisa diajak bermain tiap harinya. Entah bermain sepak bola, bermain PS, dan lainnya.

Tapi, aku rasa pertemanan anak kecil dan masa kini sungguh berbeda. Dulu ketika berteman kita tidak banyak memilih-milih. Kita berteman dengan siapapun yang ada di situ. Saat ini pertemanan terkesan terkotak-kotakan. Dulu ketika berteman aku bisa berteman dengan siapapun tanpa sungkan ketika join nongkron. Sekarang, aku hanya bisa nongkrong dengan teman-teman kos atau teman-teman kelasku saja. Itu pun sangat jarang sekali. Aku rasa banyak sekali perbedaannya. Hidup sebagai anak kecil jauh lebih menyenangkan karena tidak ada pertemanan palsu dan kami tidak memikirkan banyak hal. Apa yang kita pikirkan, ya itu yang kita lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar