Selasa, 02 Oktober 2018

Malarindu – Senja Terakhir di Tanah Perantauan


Aku menyesap teh yang aku beli di kantin parma PKN STAN ini. Aku jadi mengingat-ngingat bagaimana bisa aku kuliah di perguruan tinggi kedinasan ini. 3 tahun lalu saat kali pertama aku menjejakkan kakiku di kota metropolitan ini, tak ada satupun keinginan tuk bertahan dan terus berada di kota ini. Paksaaan kuliah dan tuntutan lulus lah yang membuatku bertahan dan menjalani hari demi hari, sembari terus mencoret kertas countdown pulang ke Malang yang aku temple di dinding kamarku. “28 days to go home” begitu kata handphone yang juga aku pasangi reminder countdown pulang ke Malang.

Saking bencinya, atau bahasa halusnya saking tidak betahnya aku, bahkan aku pernah menulis sebuah posting di blog ini dengan judul “Senja Sabtu di Tanah Perantauan”yang berisikan tentang kesedihan malam minggu dan perbedaan bagaimana aku menjalan malam minggu di Bintaro dan di Malang. Saat itu, memang rasanya homesick adalah kawan dan waktu adalah lawan. Jika bisa, ingin rasanya aku bolak-balik Malang-Bintaro setiap Minggu.

Perasaan itu terus berjalan hingga 1 tahun lamanya. Dalam 1 tahun pertama itu, seringkali aku mengambil jatah dan bolos kuliah untuk pulang ke Malang. Terkadang karena sakit atau terkadang juga karena ingin saja pulang, tidak ada alasan spesifik. Di akhir tahun pertama aku sudah lumayan bisa beradaptasi dan membuat jalinan pertemanan yang sangat lekat dengan kawan-kawan di kosku. Nahas, pun sedih, mengetahui bahwa di tahun kedua kami semua berpisah karena harga kos yang naik. Suasana yang awalnya membuatku sangat nyaman berada di Bintaro, utamanya di kostan berubah kembali menjadi perasaan tidak betah. Kost yang baru pun tidak memberikan kenyamanan. Saat itu, yang aku pikirkan hanyalah rindu. Rindu dengan kost yang lama, dengan suasananya, juga dengan teman-temannya. Tapi, apa? Semakin dewasa semakin kita tahu bahwa satu per satu teman kita juga akan pergi entah untuk menggapai cita-citanya atau mengejar cintanya. Rindu itu datang bergantian. Saat 1 orang rindu, teman-temannya hampir pasti tidak akan merasakannya. Saat salah temannya merasakannya, hampir pasti 1 orang itu dan teman lainnya tidak akan merasakannya. Begitu pun juga dengan rindu itu.

Senja terakhir di tanah perantauan. Teman-temanku sibuk belajar tes TKD yang membuat pusing 7 keliling karena jika kami tidak lolos artinya = mati. Tidak, tentu saja bukan mati yang sesungguhnya. Tetapi, jika kita tidak lolos kita tidak bisa menjadi PNS (sesuatu yang selalu diidam-idamkan oleh orang tua kita). Teman-temanku sibuk belajar TKD dan tidak menyadari ada 1 orang yang sangat rindu dan khawatir bahwa dalam waktu kebersamaan ini akan segera berakhir.

Di mana yang biasanya setiap malam main PES bersama tentu akan segera berlalu.

Di mana yang biasanya futsal bersama pasti akan segera berakhir.

Di mana yang biasanya saling membangunkan dan membantu pasti akan segera pergi.

Pun dengan hiruk pikuk kampus PKN STAN ini. Takkan ada lagi suasana kampus di pagi hari yang lengang yang baru menunjukkan kesibukannya di menit-menit terakhir dosen masuk. Takkan ada lagi suasana hentakan sepatu tanda mahasiswa bea cukai sedang baris ber baris. Takkan ada lagi kawan yang ada dan selalu menyemangati dalam keadaan apapun. Takkan ada lagi kamu, kampusku yang walaupun kecil tapi sangat membekas di hati.

Teh yang sedari tadi masih panas sekarang sudah mereda. Ku sesap semakin dalam dan kembali melamun tentang perasaan aneh dalam hatiku sedih bercampur haru akan meninggalkan kampusku ini. Jadi, apa yang sebenarnya kita namai rindu itu? Barangkali perasaan enggan pindah dari suatu zona yang telah lama kita hinggapi. Barangkali juga perasaan mengganjal ketika kita akan berlanjut pada tahap berikutnya.

Aku jadi berfikir apakah arti rindu itu? Mungkin kita bukan rindu dengan seseorang atau teman-teman. Tetapi, nyatanya kita rindu dengan suasana atua keadaan yang pernah terjadi dan berlalu dalam memori kita. Kita terjebak dalam memori itu yang membuat kita tak bisa melangkah. Yang kita perlukan hanyalah sedikit menengok kenangan itu. Kenangan yang membuat diri kita menjadi kita yang sekarang.

Teh di gelasku tinggal sedikit. Ku putuskan untuk menghabiskannya dan segera beranjak pulang kembali ke Malang. Meninggalkan semua kenangan yang pernah terjadi di sini.
Senja terakhir di tanah perantauan. Sampai jumpa kampusku, 2 tahun lagi aku akan kembali.

Ambil Jatah - Kuliah di PKN STAN

Berada di perguruan tinggi yang sarat dan terkenal akan "drop out"-nya tentu saja membuat semua orang jadi parno (paranoid). Sejak sosialisasi di SMA mengenai PKN STAN saja, semua sudah membahas tentang adanya drop out ini. Jadinya, ketika aku pertama kali tiba di kampus Ali Wardhana ini aku juga ikut parno. Aku tidak berani berperilaku aneh-aneh. Aku tidak berani mengenakan jaket di kampus, aku tidak berani tidak mengenakan kemeja lengan panjang, aku tidak berani tidak memakai sepatu pantofel, dan aku tidak berani-tidak berani lainnya yang disebabkan aku takut drop out. Dan satu lagi, aku tidak berani ambil jatah/bolos/izin karena sakit/tidak masuk kuliah.

Padahal jika kita tahu, ancaman drop out tidak semengerikan itu. Walaupun kita tidak pintar-pintar amat dan tidak rajin belajar-rajin belajar amat, selama kita rajin masuk kuliah dan mendengarkan dosen insya Allah kita aman dan tidak akan di drop out. Ya, memang sih terkadang ada temanku yang bernasib buruk. Entah mendapat dosen killer yang membuat dia di drop out atau terkena masalah sepele lain yang membuat dia harus pulang lebih cepat dari kampus Ali Wardhana ini.

Oh iya, jadi meluber ke mana-mana membahas tentang drop out ini. Jadi, intinya seperti judul. Dulu aku takut ambil jatah. Saat semester 1 aku tidak pernah tidak masuk dan absenku selalu penuh. Semua berubah saat masuk ke semester 2. Saat itu ada 1 Minggu yang libur selama 3 hari kerja. Jadinya, kuliah cuma masuk Senin dan Selasa. Alhasil, aku pertama kali ini mengambil jatah dan tidak masuk kuliah hari Senin dan Selasa (2 matkul saja). Setelah itu, aku jadi mulai berani memanfaatkan jatah ini. Normalnya, selama 1 semester kita boleh tidak masuk selama 3x per matkul. Jadi, hampir setiap semester aku memanfaatkan 1x jatah untuk pulang ke Malang.

MANDIRI FINANCIALLY

Sesungguhnya aku tidak tahu bahasa inggrisnya mandiri secara keuangan. Ya mungkin kira-kira judul di atas sudah menggambarkan lah ya.

Aku sudah hampir mandiri financially ketika mulai kuliah di PKN STAN. Tidak benar-benar mandiri karena tiap bulan aku masih menerima uang sangu dari orang tua. Yang berbeda ketika ada biaya tambahan seperti membeli buku, iuran kemahasiswaan, iuran wisuda atau yang lain aku tidak pernah meminta orang tuaku. Teman-temanku yang terkadang juga meminta ganti atas tiket pulang pergi pun aku tidak memintanya.

Bahkan saat ketika pernah dalam beberapa bulan aku mendapat uang hasil usaha di atas 5 juta, aku rutin tiap bulan mengirimi uang ke orang tuaku 1 juta.

Tetapi, semua itu sepeti tidak berarti ketika orang tua mu berkata "Kamu gak pernah isiin bensin motor. Mama terus yang ngisi" dengan nada sinis wkwkkw

Astaghfirullah wwkwkwk Alhamdulillah

TEPAT WAKTU

Aku selalu BERUSAHA menjadi orang yang tepat waktu. Bahkan, lebih dari tepat waktu. Aku selalu datang 1 hingga 2 jam sebelum tempat janjian, sebelum kereta berangkat, atau sebelum pesawat berangkat. Caranya? Tentu saja aku mengira-ngira waktu perjalanan dari rumah menuju lokasi janjian. Mengira-ngira apakah hari ini macet. Lalu kemungkinan-kemungkinan lain.

Memang terkadang aku juga terlambat. Seperti kadang walaupun aku berusaha datang awal ketika kuliah, tetapi ketika aku tahu dosen jadwal kuliahku tersebut selalu terlambat kadang-kadang aku juga jadi ikut terlambat

Tapi, sesuatu yang membuat jengkel adalah ketika kita janjian tetapi orang yang berjanjian dengan kita terlambat. Benar-benar orang yang tidak bisa menghargai waktu sama sekali.

Sabtu, 29 September 2018

Bab III Penutup - Bitter Ending

Seperti layaknya semua pertemuan pasti diakhiri dengan sebuah perpisahan. Semua kesedihan akan diakhiri dengan sebuah kebahagiaan. Semua perjuangan akan diakhiri dengan sebuah kemenangan. Dan semua cerita akan diakhiri dengan Sebuah "Bab Penutup".

Tapi, tidak kali ini. Ending dari cerita kuliah di PKN STAN ini tidak begitu manis. Lomba terakhir yang bisa aku ikuti bahkan hanya terhenti di peringkat ke-6 setelah berusaha mati-matian memperoleh poin di babak terakhir. Tetapi, akhirnya kalah juga. Begitu tahu tidak lolos, aku sedikit tidak percaya. Bagaimana sedihnya ketika hanya selisih 1 angka saja, 1 angka yang seharusnya jika di antara aku, Luhur, atau Darwan bisa benar maka kami akan lolos ke babak final.

Sedih. Tidak se-down saat kalah di final NEDC UM kemarin, namun sedih ini benar-benar membuat pikiran tidak enak dan melakukan segalanya dengan perasaan setengah hati. Tentu aku bisa menutupi kesedihan ini dan menganggap semua biasa saja. Toh ini sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. Rezeki tidak akan salah tempat, tidak akan salah sasaran, dan sudah diatur semuanya oleh Allah SWT. Pun takdir yang tidak aku inginkan ini, pasti juga telah melalui berbagai macam skenario. Walaupun kalimat "pengandaian" yang haram selalu terucap.

Andai saja aku belajar lebih giat sebelum lomba dimulai.
Andai saja soal Luhur yang seharusnya benar itu tidak dieliminasi.
Andai saja aku mendengarkan Darwan yang bercerita tentang Tax Amnesty.

Hal yang lebih menyedihkan adalah ketika aku tidak bisa membuktikan kepada dosen  dan semua orang yang meremehkanku. Sampai kapanpun memang aku tidak akan bisa menjadi bagian dari mereka. Bagaimana perjuangan di menit-menit terakhir lomba benar-benar terasa, namun sia-sia karena masih ada selisih 1 soal dengan tim peringkat ke-6 yang lolos. 8 soal di babak terakhir dapat kami jawab dengan baik namun tidak cukup baik untuk mengejar peringkat ke-5.

Terlepas dari semua itu. Aku tetap bersyukur dan selalu bersyukur. Selalu percaya bahwa Allah selalu menakdirkan dan memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya. Alhamdulillah terima kasih Ya Allah engkau meluluskan aku di PKN STAN ini dengan nilai yang cukup baik. Semoga aku bisa penempatan di tempat terbaik pula. Aamiin Ya Rabbal Alamin

Senin, 23 Juli 2018

Berhenti Instagram

Sudah lebih dari 3x24 jam aku berhenti main Instagram. Sebenarnya, sudah lama ide berhenti ini muncul. Aku merasa terlalu addict dan sering bermain Instagram. Tiap ada waktu senggang atau bosan melakukan sesuatu maka aku akan membuka Instagram dan menscroll layar dari atas ke bawah, memencet tiap-tiap story Instagram yg dibuat oleh orang yang aku ikuti. Kebiasaan ini berlangsung lama hingga seringkali aku lupa akan waktu dan hanya bisa menghabiskan waktu dengan hal yang kurang berguna seperti bermain Instagram. Positifnya, Instagram masih bisa dijadikan media promosi utamanya untuk usaha vixar stop motion dan vixer software ku. Selain itu, positifnya juga aku jadi bisa menghabiskan waktu sambil menunggu buka puasa hingga lupa waktu hehehe.

Awal aku berhenti Instagram tepat hari Kamis malam lalu. Saat itu, Daru tiba-tiba masuk kamar kosku dan dia bercerita betapa kagetnya dia TKD akan dimulai tanggal 15 Agustus yang mana kurang dari 1 bulan sejak Kamis lalu. Kemudian dia bercerita ketika mengetahui hal itu, dia sedang berada di kelas kuliah malam. Dia mencoba menyemangati dan memotivasi dirinya "Daru bisa.. Daru bisa.. Daru bisa.." begitu katanya. Dia pun berinisiatif langsung membuka ponselnya dan menguninstal Instagram dari ponselnya itu.

Beberapa saat kemudian setelah Daru pergi dari kamarku, aku mulai mensign out akun Instagram ku dan bertekad untuk tidak juga bermain Instagram. Dari 10 akun (kebanyakan akun OA dan jualan) yang aku login, aku hanya menyisakan aku vixar stop motion yang aku masih log in untuk promosi tentunya. 1 hari berjalan, besoknya ternyata aku terkadang masih reflek membuka Instagram dari vixarstopmotion itu. Jadilah aku memutuskan untuk mensign out akun vixarstopmotion juga. Sekarang setiap kali aku reflek membuka aplikasi Instagram, tidak ada akun yang log in dan aku langsung ingat bahwa aku sedang dalam masa berhenti main Instagram.

Sampai kapan? Tidak tahu. Daru ketika kutanyai dia menjawab baru akan menginstal Instagram lagi setelah UAS semester terakhir ini yang berarti adalah awal September. Niat awalku akan bermain Instagram lagi ketika selesai ujian TKD. Namun, who knows. Siapa tahu aku bisa menunda instal Instagram untuk waktu yang lebih lama lagi. Tapi, yang pasti aku sudah bertekad tidak akan bermain Instagram sebelum waktu TKD selesai. Mungkin aku akan beberapa kali membuka vixarstopmotion untuk promosi saja. Tidak ada maksud lain. Setelah post beberapa video dan foto aku akan langsung sign out lagi.

Ini merupakan hal baru dan tantangan bagiku. Saat SMP kelas 7, aku pernah tidak membuka sosial media sama sekali selama 1 bulan lebih. Hal itu bukan karena kesengajaan. Tapi, lebih karena pada saat itu laptop satu-satunya di rumahku rusak dan aku tidak bisa lagi menggunakannya untuk browsing Facebook yang kali itu sedang booming-boomingnya. Saat itu, setelah 1 bulan lebih aku tidak bersosial media, aku sungguh-sungguh produktif dan karena tidak ada kerjaan lain akhirnya aku belajar. Mungkin itu yang membuatku berprestasi hingga SMA.

Semoga dengan berhentinya aku bermain Instagram ini, aku juga merasa gabut dan akhirnya belajar TKD dan materi lain. Aamiin. Doakan saya dan teman-teman saya lulus TKD dan wisuda tahun ini ya? Terima kasih readers. Aamiin

Pertemuan Pertama dengan Ina Mangunkusumonya Daru

Sebelum kalian membaca lebih lanjut, ada baiknya aku beri prolog dan penjelasan. Jadi, setelah sekian lama tidak ngeblog dan sekarang agak aktif ngeblog lagi, bisa dibilang alhamdulullah. Alhamdulillah yang kedua adalah setelah sekian lama tidak bikin cerpen, akhirnya pingin bikin cerpen lagi. Jujur, ini cerpen terinspirasi Buku Marmut Merah Jambunya Raditya Dika, tapi versiku sendiri. Versi yang dibuat yang juga terinspirasi teman kos sebelah kamar: Daru.


***
Meskipun berada di satu sekolah. Tidak sekalipun Daru dan Afin saling berbicara. Sekedar menyapa pun tidak. Masalahnya, Daru adalah tipikal laki-laki keren pemalu, yang ga punya nyali sama sekali buat ngedeketin perempuan. Masalahnya lagi, Afin pun begitu. Walaupun cantik dan kalem, Afin ga pernah sekalipun deket sama laki-laki, pacaran aja ga pernah. Paling yang modusin Afin aja ada banyak, tapi ga ada yang jadi. 

"Mal, masa sih dia itu adik SMP kita?", kata Daru bertanya pada Akmal begitu mengetahui kalau Afin pernah satu sekolah sama Daru dan Akmal waktu SMP.

"Iya Ru, gimana sih ko masa 4 tahun 1 sekolah sama dia mulai SMP sampe sekarang kelas 2 SMA ga tau kalo dia ada?", jawab Akmal menimpali kebodohan Daru

Daru mengernyitkan dahi seolah berfikir dan mencoba mengingat-ingat, "Sumpah Mal, ga ada tuh aku lihat dia pernah di SMP kita. Kita berdua kan OSIS, waktu MOS pun ga pernah ihat dia kan?"

"Yeeee, ko nya aja kali yang udah kicep sama cewek lain jadi ga lihat Afin", Akmal beranjak dari bangku kantin dan mengajak Daru kembali ke kelas

Ketika hari Sabtu tiba, Daru yang sudah menjomblo bertahun-tahun berusaha mencari cara untuk menghubungi Afin tapi tak satupun cara dapat ditemukannya. Pernah sih Daru mencoba telepon ke nomer Afin yang ternyata diangkat oleh ibunya.

"Halo? Siapa ini?", kata di seberang telepon yang langsung ditutup oleh Daru.

Hampir tiap Sabtu dia selalu begitu. Mencoba menghubungi Afin namun tidak kunjung juga direalisasikan. Begitu ada kesempatan mengobrol di telepon dan diangkat oleh Afin sendiri, Daru buru-buru nutup teleponnya. Entah apa yang menutupi mata batin Daru selama 4 tahun, tapi dia benar-benar tidak sadar kalau sebelum SMA, dia pernah juga 1 SMP dengan Afin. Baru saat SMA ini dia langsung kesengsem oleh Afin hanya karena bermodalkan stalking instagram adik kelas-adik kelas baru dan berhenti setelah dia melihat instagram Afin. "Cakep juga ya", kata Daru dalam hati.

Tibalah saat kenaikan kelas dan Daru masih belum melakukan aksi apa-apa. Dia benar-benar cemen dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan atau minimal say hai kepada perempuan. Tetapi, malam itu malam yang bersejarah, dengan sedikit paksaan Akmal dan dorongan dari kekuatan dari dalam hari Daru. Daru mencoba chat line ke Afin. Kontak line Afin pun dia dapat dari coba-coba berhadiah, dia mencoba search id line Afin dengan menggunakan username instagram Afin. dan ketemu!

"Hai Assalamu'alaikum Afin, selamat hari raya idul fitri ya mohon maaf lahir dan batin", kata Daru di chat. Kebetulan saat kenaikan kelas bertepatan dengan hari raya idul fitri, jadi momentum ini dimanfaatkan oleh Daru untuk melancarkan modus ke Afin.

"Hai mohon maaf lahir batin juga. Maaf ini siapa ya?", kata Afin.

Goblok. Daru lupa memperkenalkan diri. Dia pikir dia cukup terkenal sehingga tidak perlu memperkenalkan diri. "Eh iya, maaf hehe. Aku Daru anak osis kakak kelasmu juga di smaba."

"oalah iya mas Daru hehe"

"btw Fin, mudik ke mana nih?", basa basi Daru membuka pembicaraan.

"Ke Lumajang mas hehe", jawab Afin singkat.

Nampaknya memang sulit di awal-awal pdkt ini bagi Daru. "oalah sampe kapan?"

"Gatau mas sampe kapan. orang tua cuma dapat izin cuti 2 hari." Kata Afin

Beberapa detik kemudian muncul chat baru dari Afin yang membuat Daru senang karena ditanya balik, "Mas Daru mudik?"

Widih. Baru ditanya mudik apa enggak doang Daru udah langsung girang dan screenshot chat tersebut buat nanti diceritain ke Akmal. "Wah semoga ga lama ya. Aku juga mudik Fin, tapi masih hari jumat nanti. Kakek nenekku udah gaada semua, jadi paling ke rumah saudara aja"

"mudik ke?", kata Afin

"Aku juga tinggal dari mama yang di Lumajang ini mas." tmabah Afin

"Emang kenapa mas kok semoga ga lama?", tambah Afin lagi. lama-lama gendut nih Afin kalo nambah terus.

"Tulungagung sama Blitar Fin. ke rumah saudara", kata Daru

"Ga papa Fin. Kalau ga lama dan ada waktu kan aku bisa mampir hehe", tambah Daru

"Oala iya mas", kata Afin

Daru menunggu chat tambahan dari Afin, barangkali Afin menambahkan bumbu-bumbu chat yang lain atau sekedar memberi sticker ketimbang hanya mengatakan "oala iya mas". Namun, 5 menit 10 menit 15 menit menunggu tak kunjung ada chat tambahan juga. Daru akhirnya tidak melanjutkan chat yang dia rasa tidak lagi seru itu. Dia akhirnya beranjak dari kasurnya dan mulai membuka blog. menuliskan curahan hatinya tatkala pertama kali chat dengan Afin. 

Tepat seminggu kemudian, Daru, Akmal dan teman-teman kelasnya berniat mengunjungi rumah gurunya untuk halal bi halal sekalian bersilaturahmi mumpung masih suasana Ramadhan. Saat SMP Daru dan Akmal berada di kelas yang sama selama 3 tahun berturut-turut, di SMA walaupun mereka beda kelas tapi mereka masih sering ngumpul. Kedekatan mereka tidak terjadi secara begitu saja, persamaan nasib lah yang menjodohkan mereka menjadi sahabat sejati. Keduanya memiliki kisah cinta yang sama mirisnya: sama-sama ditolak terus sama cewek. 

Rencana halal bi halal ke guru SMP benar terjadi dan tidak hanya sekedar wacana. Mereka sudah menetapkan tanggal 10 Juli mereka akan pergi ke rumah Bu Catur, salah satu guru kelas yang pernah mengajar mereka semasa di SMP. Niat hati mengajak seluruh anggota kelas, ternyata yang hadir hanya 3 orang. Daru, Akmal, dan Bahy yang rumahnya dekat dengan Bu Catur. 

"Jadi, gimana nih yang ikut 3 orang doang?", tanya Akmal kepada Daru di chat whatsapp

"Ah gak papa. Dibikin seru aja.", jawab Daru

Setelah menutup chat line Akmal, mata Daru terfokus kepada sebuah chat di bawah nama Akmal. 'Aku kok jadi pingin mampir ke rumah Afin, ya'. Pikirnya dalam hati. Kebetulan akibat hobi stalking yang dimiliki oleh Daru, dia jadi tahu rumah Afin ada di daerah Banjararum berdekatan dengan rumah Bu Catur.  Problem pertama yang muncul setelah itu adalah: Gimana cara ngomong mau ke rumah Afin? Ya kali tiba-tiba datang dan ngagetin ala-ala badut ultah kasih suprise waktu ulang tahun. 

Setelah mengumpulkan keberanian, akhirnya Daru mencoba chat ke Afin.

"Assalamu'alaikum Fin"

"Wa'alaikumussalam mas Dar"

"Ohya besok rencananya aku sama temen-temenku sekelas mau ke rumah Bu Catur silaturahim sekalian kumpul lama gak ketemu. Kalo boleh sekalian mampir ke rumahmu ya?"

Setelah mengirim chat itu Daru menjadi stres. Dia menyesali keputusan chat ke Afin. Dia tiba-tiba saja mematikan hp-nya dan tidak berani membukanya. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Kalau Afin menjawab chat dan Daru malah ilang, makin ketahuan kalau Daru cemen. Akhirnya, dengan membulatkan tekad Daru kembali menyalakan hp-nya dan seketika ada notifikasi ting tung, tanda line masuk.

"Wah rame-rame mas sama temen sekelasnya mas Daru ke sininya?"

Toeng. Si Afin salah tangkap.

"Enggak, Fin sendirian aja. Tapi kalau sama kamu boleh rame-rame ya gas lah hahaha siapa tau dapet angpau"

"Waduh kalo rame-rame aku nya yang sungkan mas. Pada ga kenal temen-temennya mas Daru soalnya."

"Hehe iya aku sendiri aja ke sananya ya?"

"Siap mas"

"Siap apa Fin?"

"iya siap nunggu mas Daru lah :D"

Sejak pertama kali chat hingga detik ini, tak satupun emoticon atau sticker line yang muncul di antara chat dari Afin. Sedangkan, chat terakhir yang dikirim oleh Afin dia tambahkan sebuah emot tertawa lebar ":D". Apakah ini pertanda bagus?

Setelah Afin pamit tidur dan undur dari chat, Daru mulai panik. Dia ga tahu harus pakai baju apa karena setahu dia baju yang dia punya gembel semua.

"Eh mas, boleh pinjem baju ga?", tanya Daru kepada kakaknya yang sibuk bermain Dota.

"Ya terserahmu", jawab kakak Daru tanpa melihat Daru karena asyik bermain Dota.

Tanpa pikir panjang, Daru mulai mengobrak-abrik isi lemari kakaknya dan menemukan sebuah polo putih baru yang masih ada tanda segelnya. Dia berinisiatif memotong segelnya dan segera menyeterikanya untuk dikenakan besok. Saat menyeterika, dia baru teringat bahwa parfum dan jamnya ketinggalan di rumah Akmal kemarin setelah mereka nginep bersama. Dia pun kembali meminjam parfum dari masnya dan mengenakan jam tangan rusak yang sudah tidak pernah dipakainya lagi. Hitung-hitung biar keren dikit lah, pikirnya.

"Ooooo.. Tuhan untuk kali ini saja. Beri aku kekuatan tuk menatap matanya. Oooo.. Tuhan untuk kali ini saja. Lancarkanlah hariku. Hariku bersamanya"


***

Lagu yang dibawakan SO7 tersebut terus terngiang-ngiang di kepala Daru. Betapa tidak, Daru tidak pernah membayangkan sama sekali bahwa sore ini dia akan ke rumah orang yang selama 1 tahun ini dia lihat dari jarak jauh saja. Daru tidak bisa berhenti memikirkan apa saja yang akan dia lakukan, apa saja yang akan dia bicarakan, bagaimana reaksi Afin ketika Daru ke rumahnya nanti.

Dari pernah berbincang dengan Akmal, hari pertama cowok ke rumah cewek selalu jadi hari yang besar dan persaipan harus matang. Itu sepertinya terjadi pada semua laki-laki di dunia wkwkwk. Daru pun begitu juga kali ini. Sejak malam hari sebelumnya, Daru sudah menyiapkan baju apa yang akan dia kenakan, jam yang mana yang akan dia pakai, hingga parfum apa yang akan dia kenakan hahaha. 

Pukul 14.00 Daru mengeluarkan mobil Soluna nya dan berangkat ke rumah Bahy. Rencana awal, setelah dari rumah Bahy, mereka bertiga bersilaturrahmi ke rumah Bu Catur dan selanjutnya Daru ke rumah Afin. Selama perjalanan, Daru sudah merencanakan ingin membeli brownies sebagai oleh-olehnya yang dia bilang dari Blitar hehehe. Namun, ketika Daru sampai di Citra bakery, stock brownies sudah habis. Kata mbaknya, nanti jam 5 baru dikirim. Tapi, Daru sedikit tidak percaya karena watak orang Indonesia yang kebanyakan janj-janji belaka. Akhirnya, Daru putuskan untuk tanya Akmal dan Bahy saja nanti ketika tiba di rumah Bahy. Di tengah jalan, Daru ingat salah satu toko oleh-oleh milik Teuku Wisnu, Malang Strudel. Daru mampir sejenak ke toko tersebut, dia mencari brownies kembali. Namun, ternyata di Malang strudel stock brownies hanya kotakan kecil dan harganya pun cukup mahal.

Singkat cerita, Daru melanjutkan perjalanannya ke rumah Bahi di Banjararum. Setibanya di sana dia berbincang sebentar dengan Akmal dan Bahy sambil menunggu adzan Ashar tiba. Begitu adzan terdengar mereka bergegas dan sholat berjamaah. Setelah itu, mereka memutuskan untuk mencoba peruntungan menuju Holland Bakery di sepanjang jalan. Harapannya semoga ada stock brownies di sana, Sesampainya di sana, benar saja ada stock brownies di rak toko. Hanya saja brownies yang tersisa tinggal 1 buah. Padahal, rencana dia membeli 5 buah. (1 untuk Afin, 1 untuk Bu Catur, 1 untuk ibunya, 1 untuk Akmal dan 1 untuk Bahy). Daru memutuskan untuk membli stock brownies terakhir di Holland Bakery tersebut. dan dia juga membeli 4 buah roti dari Citra yang akan dia oleh2kan untuk ke-4 orang. 

Setelah itu, mereka langsung berangkat menuju rumah Bu Catur. Sempat tersasar beberapa kali, akhirnya mereka menemukan rumah Bu Catur dan bersilaturrahim ke rumahnya. Mereka berbincang-bincang banyak hal di sana. Hingga tak terasa adzan maghrib berkumandang. Daru dan teman-temannya berpamitan lalu sholat maghrib di masjid dekat rumah Bu Catur. Sebelum sholat, Daru dan teman-temannya survey lapangan dan mencari rumah Afin (Banjararum Asri blok D-10). Ternyata benar, tidak terlalu jauh dari rumah Bu Catur dan 2 rumah di samping kirinya berwarna greentea latte wkwwkk.

Setelah menemukannya, mereka langsung menuju masjid dan sholat berjamaah. Sebelum iqomah dikumandangkan, Daru sempat chat line ke Afin dan berkata "Assalamuálaikum Fin, aku ke rumahmu habis sholat maghrib ya".

Sesudah sholat maghrib, Daru dan teman-temannya berpisah. Di sinilah semuanya dimulai. Tangan dia mulai dingin dan kakinya mulai bergetar. Alay memang, tapi itulah yang terjadi. Padahal Daru termasuk orang yang mempunyai tingkat percaya diri yang tinggi. Tapi, ke rumah orang yang Daru sukai dan belum pernah akrab, sungguh membuatnya sedikit nervous. Daru pelankan laju mobilnya sembari mengurangi rasa nervous itu. Hingga mau tak mau tiba saatnya dia di rumah berwarna capuccino bernomer D-10. Daru memarkir kendaraannya di tepi dan lalu mengucapkan"Ässalamuálaikum."

Beberapa saat kemudian, pintu dibuka dan keluarlah perempuan dengan senyuman paling manis sedunia (tapi nomer 2, karena nomer 1 nya adalah ibu Daru hehehe). Dia mengatakan masuk mas Dar dengan senyuman manisnya itu. Dar kembali nervous begitu melihat wajahnya. Rencana awal dalam imajinasinya langsung masuk, Daru jadi alibi membetulkan posisi sepatunya agar rapih dan lebih lurus. Tidak lupa dia merapihkan seluruh sepatu dan sandal yang ada di rumah Afin. Dia juga ikut menyapu, ngepel, dan nyelonong ke belakang untuk cuci piring. Itung-itung menambah nilai plus di mata Afin dan keluarganya.

Begitu masuk ke rumahnya, Daru langsung duduk dan melemparkan senyumannya. Sesuai rencana awal dalam imajinasinya, kemudian dia melepaskan jaket yang dia kenakan dan membetulkan posisi jam tangannya. Sejauh ini berjalan sempurna! Afin menawarinya beberapa cmailan khas lebaran di meja ruang tamunya. Dia juga langsung menawari Daru minuman dan masuk ke dalam rumahnya. Karena nervous, Daru tidak mengeluarkan kata ajaib jayus yang biasa dia keluarkan jika ditanya ingin minum apa "Soda gembira 1 ya". Wahahaha cukup jayus, Tapi, karena saat itu dia sedikit nervous dia hanya bilang air putih saja sambil tertawa ringan. Di belakang, juga ada mama Afin. Namun, Daru tidak sempat salim karena beliau tidak keluar rumah. Afin lalu bertanya kepada Daru apa dia ingin hangat atau dingin. Daru bingung, perasaan dia hanya mentakan  air putih, bukan teh. Kok ditawarin hangat atau dingin. Daru mengulangi perkataannya bahwa dia ingin air putih saja. Afin lalu mengulangi juga ingin air putih hangat atau dingin. Ooohhhh itu maksudnya. Daru katakan yang biasa saja. Afin menaruh air putih tersebut di gelas cangkir berlepek dan juga ada tutupnya wkwkwkwkw. Sudah serasa minum teh ya.

Setelah itu mereka berbincang-bincang banyak hal. Di awali dengan pertanyaan kapan pulang mudik, hingga cerita-cerita SMP dan SMA. Daru melihat jam menujukkan pukul 18:21. Padahal niatnya kembali saat adzan Isya sekalian sholat di masjid tadi ketika dia sholat magrhib dengan Akmal dan Dicky. Adzan isya pukul 18:41. Sebuah kesialan kecil ketika Daru mengetahui dia hanya bisa di rumah Afin selama 20 menit saja. Obrolan dengan Afin sungguh seru, dia sangat suka bercerita dan Daru suka mendengar ceritanya. Baru Daru ketahui belakangan, kalau memang Afin supel dan suka menceritakan banyak hal kepada orang lain. Pikirnya, pantas saja banyak orang jatuh cinta kepada Afin. Orang-orang tidak hanya jatuh cinta karena kecantikannya, tapi juga jatuh cinta pada sifatnya yang supel dan selalu ingin berusaha mengerti orang lain. Daru membayangkan andai saja dia bisa chat dia tiap hari dan saling bertukar keluh kesah. Pasti seru sekali. Lamunan itu pecah tatkala Afin menyuruh Daru meminum minumannya. 

Di tengah-tengah perbincangan mereka, terdengar suara mobil masuk rumah Afin. Dia berkata papanya datang, Entah karena Afin melihat Daru nervous atau bagaimana, Afin mengatakan pada Daru "Tenang tenang mas.. nggak usah takut" Afin berkata seperti itu dengan tawanya yang sangat khas yang membuat orang lain ikut tertawa jika mendengarnya. Padahal, saat itu sebenarnya Daru sudah sangat nyaman dan tidak nervous sama sekali. Begitu papanya masuk rumah, Daru langsung salim dan berkata "Saya Daru temennya Afin om". Yang langsung disambut beliau, "Iya mas bilang pacarnya Afin juga ga papa hahaha." Afin langsung menambahkan "Cuma temen beneran kok pa". JLEB.

Setelah dipersilahakan duduk lagi oleh papa Afin, Daru langsung duduk lalu papa Afin masuk ke dalam lagi. mereka melanjutkan obrolan sampai akhirnya ada pengganggu datang. Kucing. Binatang yang selama ini jadi senjata teman-teman Daru jika ingin menakut-nakutinya. Afin mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengusir kucing itu agar keluar. Tapi, kucing tersebut bersikukuh ingin bergabung dalam obrolan hangat mereka. Daru tiba-tiba langusng reflek ikut mengusir kucingnya dengan mengarahkan kakinya pada si kucing ke arah keluar. Tapi, kucing tersebut teguh pada pendriannya tidak mau keluar dan Daru pun mulai khawatir kelihatan cemen karena takut kucing, Akhirnya dia meangkat kucing itu memakai tanganya terus dia taruh di luar. Ini pertama kalinya Daru mengangkat kucing. Bahkan sebenarnya dia tidak tahu bagaimana caranya, hanya saja dia pernah beberapa kali melihat Akmal mengangkat kucing dan akhirnya dia tiru cara mengangkatnya. Akhirnya kucing itu menurut dan tidak ingin masuk lagi, tahu bahwa Daru memohon-mohon pada kucing untuk tidak merusak harinya. Daru dan Afin kemudian masuk lagi ke rumah dan duduk dengan tenang tanpa gangguan kucing lagi.

Afin menyuruh Daru mencuci tangan terlebih dahulu yang ternyata dibarengi dengan suara kumandang Adzan isya'. Daru mengatakan kepada Afin kalau dia sekalian mau pamit. Daru tidak ingin memberi kesan buruk dengan berlama-lama hingga malam di pertemuan pertamanya dengan Afin. Tapi begitu Daru bilang dia sekalian pamit, hujan turun dan papa Afin bilang nanti saja kalau sudah reda. Ditambah Afin yang mengatakan hal yang sama yang membuat Daru mengurungkan niat pulang. Sebenarnya dalam hati senang sekali, tapi ekspresi yang Daru tunjukkan tidak enak hati. Karena sudah malam hehehhe. 

Mereka melanjutkan perbincangan hingga ngalor ngidul dan tidak selesai-selesai. Sungguh malam itu adalah malam yang super seru. Bayangkan saja kamu berada di rumah orang yang kamu sukai, dan kamu ngobrol hal-hal yang sangat seru dengannya. Mereka terus saling bertukar cerita dan tertawa akan banyak hal. Begitu Afin tertawa Daru ikut tertawa, begitu Daru tertawa Afin juga ikut tertawa. Hingga waktu menunjukkan pukul 20.00 dan hujan sudah reda. Daru berniat pulang begitu Afin selesai menceritakan pengalamannya tentang temannnya di kelas yang sempat kesurupan. sekitar 20:16 Daru mencek di jam rumah Afin. (yang kelebihan 10 menit). Daru izin pamit, namun sayang sekali lagi hujan datang dan Afin tidak mengizinkan Daru pulang. Kembali. Hati senang sekali, tapi ekspresi menunjukkan tidak enak di hati. Seneng pol asline iku atine Daru. 

Setelah itu dengan tidak terduga Frilya menanyakan apa Daru menaruh hati kepada Afin. Daru katakan masa iya harus dijawab. Afin cepat-cepat mengoreksi pertanyaannya dan meminta maaf keceplosan bertanya hal yang privasi. Daru mengatakan tidak apa-apa. Lalu dia mengalihkan perbincangan dengan hal lain. Lagi-lagi mereka berbincang hingga lupa waktu sampai waktu di jam rumah Afin menunjukkan pukul 20:30 (yang artinya 20:20). Dari izin pulang (lagi) ke Afin, karena hujan juga sudah agak reda walau masih gerimis. Afin mengizinkan namun raut mukanya setengah hati, setelah ditambahi kata "padahal masih ada yang pingin tak omongin mas". Daru kembali duduk dan memaksa Afin melanjutkan ceritanya. "lho iya apa wes apa omongin Fin ayo gapapa" 

Kemudian Afin bercerita tentang bagaimana ketika Daru berkata pada temannya bahwa Daru menyukai Afin dan akan menjadi the most persistence for her yang saat itu tidak sengaja Afin lewat dan mendengarnya. Dia juga berkata saat itukedua temannya Adel dan Sevilla masih menaruh rasa pada Daru sehingga Afin sungkan setengah mati. Mendengar cerita itu, Daru tidak ingin berharap terlalu tinggi karena dia tahu sangat mungkin Afin tidak merasakan apa yang dia rasakan. Setelah bercerita panjang lebar kembali yang tidak ada habis dan jedanya. Mereka sempat diam-diaman sejenak. Daru jadi berpikir bagaimana ya kesan Afin kepadanya. Lalu Daru memecah keheningan dengan berkata "Sudah terang hehehee" sambil menunjuk ke arah atas tanda sudah tidak hujan.. Afin melanjutkan "iya sudah terang hehe". Sebenarnya Daru ingin lebih lama lagi heheh jadi dia ulangi lagi "Sudah terang Fin." sambil tertawa. Afin jadi ikut tertawa juga dan melanjutkan omongan "iya mas sudah terang". Daru ulangi sekali lagi perkataannya hingga kami tertawa kembali. Akhirnya, setelah salim pada papa Afin, Daru benar-benar menginjakkan teras rumah Afin dan keluar pagarnya. 

***

Kata orang, kita tinggal menunggu kata-kata "terima kasih untuk hari ini" setelah keluar atau bertemu dengan orang yang kita sukai. ting tung. seketika di perjalanan notifikasi line berbunyi dan Afin mengatakan

"Assalamu'alaikum mas Daru, mas makasi yaa oleh olehnya sama kotaknya ini 😄 aku suka banget. Buat sendiri mas? Oiya jangan lupa cuci tangan ya mas 😁"

Minggu, 22 Juli 2018

Tips Lolos SKD / TKD PKN STAN

Halo! Namaku Vicko. Saat menulis ini aku masih memakai kalung kuning KTM Mahasiswa PKN STAN semester 6 DIII Pajak. Sebelum membaca lebih jauh lagi, aku ingatkan jika judul di atas hanyalah clickbait. Aku tidak ingin memberikan tips lolos SKD/TKD PKN STAN atau tes CPNS lainnya. Aku hanya ingin menuliskan secuplik cerita pengalamanku beberapa kali mengikuti tes TKD dan sebentar lagi, tepatnya tanggal 15 Agustus 2018, aku akan menghadapi TKD.

TKD, apa susah? Jawabannya tentu relatif. 4x mengikuti try out TKD aku juga berhasil lolos 4x, tapi semuanya dengan nilai yang minim. Sebetulnya, soal-soal di TKD tidaklah sulit, hanya saja kita belum pernah tahu atau lupa akan materi yang pernah diajarkan saat kita SD, SMP, atau SMA. Jujur, aku tidak belajar seserius yang diceritakan kakak tingkatku yang sudah mengikuti TKD. Mas Zuddin contohnya, dia bercerita dalam sehari penuh dia belajar TKD selama 3 minggu sebelum TKD dilaksanakan. Pagi dia try out mandiri, siang-sore dia belajar materi TKD, dan malam dia try out lagi. Begitu seterusnya selama 3 minggu.

Sedangkan aku, aku hanya mengerjakan try out dan latihan soal saja. Jujur, materi TKD terlalu luas dan membuatku malas membaca materinya. Tapi, aku tetap akan berusaha semampuku untuk mempelajarinya setelah menulis posting ini. Aku juga jadi penasaran, sesusah dan semengerikan apasih TKD? Melihat salah satu story kakak tingkatku yang menjadi panitia pengawas SPMB PKN STAN, dia membagikan sebuah cerita pilu tentang anak yang sudah mendapatkan nilai TKD sebesar 377 tapi tidak lolos karena nilai TWK-nya 1 poin di bawah ambang batas. Mendengar itu aku ikut sedih. Semoga saja anak tersebut bernasib baik di universitas lain. Namun, aku juga percaya bahwa rezeki kita sudah diatur masing-masing oleh Allah SWT, yang tentunya kita juga harus berusaha dan berikhtiar untuk mendapatkan yang terbaik.

Cerita lain datang dari Frilya, teman angkatanku yang dulu di BDK Bali dan juga sempat mengikuti TKD di tahunnya. Sebelum menceritakan TKD-nya, mari kita bahas dulu track record kepintaran Frilya ini. Dia adalah peraih peringkat 2 paralel seangkatan ketika SMP. Ketika SMA dia berhasil menembus kelas akselerasi dan hanya menghabiskan waktu 2 tahun di bangku SMA. Tidak hanya itu, saat di BDK Bali dia berhasil mendapat peringkat keenam saat semester ganjil. Sudah kelihatan betapa "pintar" dan "niat"nya dia kan? Tapi, cukup sedih mengetahui dia gagal tes TKD di percobaan pertama. Yang aku tahu, dia sempat down saat itu. Tapi, alhamdulillah di percobaan kedua dia berhasil dan saat ini sudah ditempatkan di instansi Bea Cukai.

Jadi, aku semakin bertanya-tanya apa sih yang membuat TKD begitu sulit? atau setidaknya apa sih yang membuat TKD bisa menggagalkan beberapa orang pintar yang aku kenal? Tapi, yang pasti kehokian juga dibutuhkan dalam TKD. Puluhan bahkan ratusan paket soal yang telah disiapkan BKN tentunya memiliki bobot yang tidak sama. Mungkin, ada beberapa soal yang kita sangat paham materinya. namun, ada beberapa soal juga yang kita sama sekali atau bahkan asing mendengarnya. Semoga saja ketika aku dan angkatanku nanti TKD berhasil mendapatkan soal sesuai kemampuan kita masing-masing dan lolos TKD serta menjadi punggawa Keuangan Negara 2018. Aamiin.

Here I go

Feeling so nostalgic.

Di tengah malam hari. Memutar lagu memulai kembali. Rasanya seperti ada di Bali atau di sebuah pantai yg takkan rela meninggalkan pantai itu karena keindahan sunset ya. Seketika semua memori terpanggil kembali. Satu per satu kenangan muncul. Dan baru tersadar juga, kesempatan berada 1 kosan dengan teman-temanku hanya tinggal beberapa Minggu. Mungkin tidak ada 1 bulan. Teman-teman seperjuangan yang mayoritas 3 tahun bersamaku. 1 kos. Rasanya akan benar-benar homesick dan tak akan ingin berpisah dengan teman-temanku.

Aku jadi baru tersadar juga banyak sekali keputusan yang aku salah ambil. Tentu saja, tidak ada penyesalan (ada ding dikit). Tapi, semua keputusan salah itu membuatku menjadi aku hari ini. Vicko dengan segala mimpi-mimpinya yang tak terwujud.

Satu per satu memori kembali muncul.

Kenangan bersama teman-teman lama pun ikut muncul. Kata orang, kangen itu datangnya gantian. Dan mungkin  kangen itu sedang mampir dalam benakku. Sungguh kangen dengan semua temanku. Teman masa kecil hingga teman sekarang yang satu per satu perlahan menghilang

Satu per satu memori kembali muncul

Kenangan pertama kali melangkahkan kaki di rumahnya kembali muncul. Bagaimana enggannya aku pulang saat pertama kali aku tiba di rimahnya. Tentu semua kenangan itu tidak bisa diubah. Lagi-lagi kenanga. Itu membuat aku menjadi aku yang hari ini.

Satu per satu kenangan kembali muncul.

But, as the people always say, life goes on.
Future here I go.

Jumat, 20 Juli 2018

Pengalaman Berada di Maharema PKN STAN

Entahlah kenapa menulis menjadi menyenangkan di saat jam 12 malam. Setelah menonton video Maharema Try Out dan Makrab Maharema, aku jadi sangat nostalgic dan ingin kembali mengulang masa-masa itu. Masa-masa di mana aku benar-benar merasakan adanya keluarga di tanah perantauan. Di Baranade, setiap hari kami ketawa-ketiwi haha-hihi sampai larut malam yang terkadang kami lupa bahwa besok pagi ada kuliah. Tidak jarang juga kami menghabiskan waktu bermain PES dan kami saling kalah mengalahkan. Selalu membully jika lawan kami kalah. "Only ten!!!", teriak mas Zuddin kala mengalahkan Tyo dengan skor 4-3 padahal mas Zuddin hanya memiliki 10 pemain lantaran salah satu pemainnya kena kartu merah. Setiap malam minggu, kami menghabiskan waktu dengan bermain counter strike yang dihubungkan melalui wifi kos-kosan. Kami memiliki nickname sendiri-sendiri. Bahy yang tinggal di sawojajar memilih nickname rajajowas (kebalikan sawojajar), yang kemudian dia modifikasi menjadi rajajowar. Tyo yang berasal dari Wajak Kabupaten Malang tidak ingin kalah, dia memilih nickname WajakMan. Dwi sendiri yang selalu mindblowon memilih nickname "Hantum", katanya itu adalah plesetan dari hantu. Benar-benar mindblowon. Akmal memiliki nickname kememrider. Mas Zuddin memiliki nickname BintangShampoo. Dan sisanya seperti mas tito, mas panji, mas ryan, dan yang lain aku lupa nickname mereka apa. Aku sendiri memilih nickname BulanShampoo karena ingin tiru-tiru Mas Zuddin. Haha.

6 bulan setelah berada di Maharema, diadakan sebuah pertandingan futsal antar organda. Ini adalah kiprah pertamaku dan aku berhasil mencetak 4 gol dan 4 assist dalam 4 pertandingan. Sayangnya, kami tidak berhasil lolos. Namun, aku selalu menjadi pilihan utama karena aku masih fresh, masih bekas sering latiha futsal 3x seminggu dari Foosil Bhawikarsu. Turnamen futsal berikutnya ada di manguni liga futsal nusantara dan aku berhasil menyumbang 5 gol dari 3 pertandingan. Sayangnya, Maharema kembali gagal melaju ke babak 8 besar.

Momen terbaik tentunya saat M-try out dan Makrab yang merupakan satu rangkaian. 2 acara ini menjadi penyatu bagi tiap angkatan dan tiap anggota Maharema. Aku pun sangat ingin kembali ke masa-masa itu. Masa-masa di mana kami benar-benar merasa kompak. Karena, jujur aku sedikit kecewa dengan Maharema angkatan bawahku yang tidak respect sama sekali ke kakak tingkat. Penurunan kualitas juga kentara ditandai tidak adanya Futsal rutin, tidak adanya M-futsal, dan makrab hanya mengundang 2 angkatan saja. sedangkan, angkatanku tidak diundang. Benar-benar amburadul menurutku. Entahlah perasaanku campur aduk antara nostalgic dan geram dengan Maharema. Ketika aku mengingat momenku tingkat 1 aku sangat ingin kembali ke masa-masa Maharema itu. Tapi, ketika aku mengingat momen saat ini, saat penurunan kualitas ini aku benar-benar geram.

Pesan untuk Maharema

Untuk angkatan terakhir (tingkat 3)

Dulu, saat saya pertama tiba di Bintaro dan menjadi bagian dari Maharema PKN STAN, tentunua sangat bahagia. Saya merasakan kedekatan dengan angkatan tingkat 2 (mas zuddin dkk). Saya merasa nyaman berada di Maharema. Momen-momen terbaik saya adalah saat makrab dan saat m-try out. Saya benar-benar totalitas dalam membantu acara besar ini. Namun, saya tidak merasa adanya kedekatan dengan tingkat 3. Saya bertekad, jika nanti tingkat 3 saya akan aktif di Maharema. Tapi, ternyata setelah tingkat 3 kalian akan benar-benar mager ngapa-ngapain dan tidak aktif kegiatan apapun. jangan sampe ya.

(to be continued tulisannya)

Kamis, 19 Juli 2018

Hidup sebagai anak kecil

Saat kecil aku tumbuh di daerah Lawang Malang. Seperti seorang adik-kakak yang sangat kompak, ke mana pun masku pergi, aku selalu mengikutinya. Masku adalah tipikal orang yang sangat seru, yang pandai melawak dan membawa suasana. Tidak aneh jika dia memiliki banyak teman dan aku jadi kecipratan banyak teman juga. Tidak banyak yang aku ingat ketika aku di Lawang karena saat itu aku masih berumur 3 tahun. Yang aku ingat adalah aku pernah bermain hujan-hujanan di daerah PM dekat rumah Nando hingga aku dan masku takut pulang karena baju kami basah (saat itu kami masih belum dibolehin main hujan-hujan). Akhirnya, karena hujan tidak berhenti juga aku dan masku memutuskan pulang. Papaku yang saat aku kecil sangat disiplin, mengunci pintu dan tidak membiarkan kami masuk sebagai hukuman.

Saat aku pindah ke daerah Singosari, awalnya teman bermainku juga adalah teman bermain masku. Aku bahkan pernah menghabiskan waktu hampir 12 jam di rumah teman masku yang membuat kami dikunci dan tidak diperbolehkan masuk rumah lagi. Keseharianku dihabiskan dengan bermain bersama teman-teman masku. Saat aku mulai bersekolah, aku baru mendapatkan teman-teman yang bisa diajak bermain tiap harinya. Entah bermain sepak bola, bermain PS, dan lainnya.

Tapi, aku rasa pertemanan anak kecil dan masa kini sungguh berbeda. Dulu ketika berteman kita tidak banyak memilih-milih. Kita berteman dengan siapapun yang ada di situ. Saat ini pertemanan terkesan terkotak-kotakan. Dulu ketika berteman aku bisa berteman dengan siapapun tanpa sungkan ketika join nongkron. Sekarang, aku hanya bisa nongkrong dengan teman-teman kos atau teman-teman kelasku saja. Itu pun sangat jarang sekali. Aku rasa banyak sekali perbedaannya. Hidup sebagai anak kecil jauh lebih menyenangkan karena tidak ada pertemanan palsu dan kami tidak memikirkan banyak hal. Apa yang kita pikirkan, ya itu yang kita lakukan.

Rabu, 18 Juli 2018

Liburan ke Bandung 3 hari 2 Malam

Jeda waktu kuliah di antara dies natalis PKN STAN, aku menghabiskan waktu liburan selama 3 hari di Bandung bersama Akmal (partner ke Singapore-Malaysia), Daru (teman kamar sebelah, Dwi dan Bahy (yang juga 3 tahun 1 kos denganku). Kami sudah merencanakan hal ini dan bahkan membuat itenary seminggu sebelumnya. Sebenarnya, aku sudah pernah ke Bandung di tahun 2010 saat masih SMP. Tapi saat itu aku pergi ke mana pun bersama temanku dan tentunya dia yg membayari hehehe. Jadi, saat itu aku ikut saja dia mau pergi ke mana saja. Dan aku juga tidak memikirkan budget. Berbeda dengan sekarang di saat kami semua tidak memiliki kerabat yang bisa diinapi dan channel yang bisa digunakan untuk membayar murah tiket masuk (karena saat di tahun 2010, seringkali aku masuk wisata gratis atau membayar setengah karena temanku adalah anak komandan).

Malam Selasa tanggal 20 Juli tahun 2018, aku dan teman-temanku pergi ke apartemen Akmal yang berjarak sekitar 3km dari kampus STAN di accent apartment. Kami berencana menginap di sana dan menghabiskan waktu hingga pagi hari kami berangkat. Setibanya kami di parkiran accent dengan mengendarai motor, kami tidak langsung pergi ke apartemen Akmal. Kami terlebih dahulu menaruh beberapa barang di mobil agar besok tidak terburu-buru. Nahas memang. Saat teman-temanku sudah menaruh barang beranjak pergi, aku menemukan bahwa ban belakang mobil Akmal bocor. Ternyata ada mur segede gaban yang menancap di ban mobil Akmal. Akmal sempat panik dan menelepon ayahnya. Atas saran Daru, Akmal menggunakan jasa go-auto untuk penggantian mobil serep.

Sembari menunggu go-auto datang, aku dan teman-temanku pergi ke apartemen Akmal dan menonton film bersama. Sekitar 1 jam kemudian orang go-auto datang dan Akmal, aku serta Daru turun ke bawah ke parkiran tempat mobil Akmal berada. Tidak kurang dari setengah jam semuanya beres. Bahkan ternyata go-auto juga bisa menambal ban mobil. Mantaaappp. Akhirnya kami tidur dan beristirahat untuk hari besar besok.

Hari pertama.

Pagi sekali pukul 4.00 kami sudah bangun dan ada yang sedang makan, mandi, serta sholat. Baru jam 5.30 kami benar-benar siap berangkat. Bandung here we go! Selama perjalanan Daru menjadi navigator Akmal melalui google mapsnya. Baru keesokan harinya kami bergantian menjadi navigator pada Akmal. Tujuan pertama kami adalah kawah putih. Begitu tiba, kami harus parkir di tempat yang telah disediakan dan membayar sejumlah 35.000 per orang serta parkir 6.000 per mobil. Kesialan kecil kembali terjadi ketika aku lupa membawa baterai yang kemarin aku charge. Seketika aku tidak mood berfoto-foto. Jadinya sedikit sekali aku mengambil foto selama di Bandung ini. Kurang lebih hingga jam 12, kami menuju Ranca Upas destinasi berikutnya. Ternyata Ranca Upas tidak seperti yang ku bayangkan. Ku pikir benar-benar indah seperti ada di video klip jatuh hati nya Raisa. Ternyata Raisa menggunakan 2 tempat untuk pengambilan video klip, Baluran dan Ranca Upas. Dan sekarang ku pikir bagian indahnya ada di Baluran.

Uang tiket masuk 17.000 per orang cukup membuatku sedikit menyesal. Tapi tak apa. Aku dan teman-temanku tetap menikmati penangkaran rusa. Kapan lagi bisa selfie bareng rusa kan? Haha. Setelahnya aku dan teman-temanku ke situ Patenggang seharga 20.000 per orang + 5.000 per mobil untuk parkir. Kami hanya sejenak menikmati alam di situ Patenggang, sebelum kami menuju hotel kami di daerah Sukajadi.

Perjalanan menuju hotel Sukajadi kami isi dengan permainan ala skinnyfabs. Permainan 2 kata. Jadi, kami mengatakan 2 kata lalu jika ada yang tertawa maka akan diberikan hukuman dipukul kepalanya menggunakan botol kosong. Kata-kata lucu plesetan muncul seperti Ridwan Hamil (Ridwan Kamil), Daru Pribumi (Daru Primadi), Tyo prasejarah (Tyo Prasetyo), dan banyak kata lainnya yang juga lucu. Setelah 1 jam lebih akhirnya kami tiba di Sukajadi dan membeli go food untuk makan. Ayam geprek menjadi pilihan kami seharga 18.000 dan kualitasnya jauh sekali dengan geprek yang ada di Bintaro. Tapi, ini merupakan makanan termurah, jadi ya lumayanlah.

Malamnya kami menuju daerah Braga, Asia Afrika, dan makan di daerah Sudirman. Harga di sana sungguh tidak masuk akal, berbeda dengan di Malang atau Jogjakarta yang serba murah. Makanan di Bandung utamanya di Sudirman dipatok dengan harga yang cukup tinggi seperti batagor seharga 35.000 berisi 4 biji, pisang keju seharga 18.000, dan makanan lain yang juga mahal. Tetapi, ada juga makanan yang murah dan terjangkau. Di daerah Sudirman kami merasa minoritas karena banyak sekali orang beretnis Tionghoa di sana dan banyak gerai yang menjual makanan yang mengandung babi. Sepulangnya kami makan di daerah Braga, tongseng seharga 40.000. Lalu kami menuju hotel untuk beristirahat.

Hari kedua.

Di itenary kami menargetkan pukul 8.00 berangkat. Tapi, seperti biasa banyak temanku yang masih Bangkong dan akhirnya kami baru benar-benar berangkat pukul 10.00. destinasi pertama kami adalah tebing keraton jalan menuju ke sana sungguh sempit dan kecil. Setibanya di sana, ternyata kami diharuskan jalan sejauh 2km atau bisa juga naik ojek dengan harga 50.000 PP. Karena sudah siang dan kami sedang mager, kami memilih untuk sholat di musholla nya saja dan ngopi di Utara cafe dengan pemandangan yang menakjubkan.

Destinasi kedua kami adalah the lodge Maribaya. Perjalanan menuju ke sana berkelok-kelok dan banyak tanjakan tajam. Mobil Akmal sempat tidak kuat menanjak dan dia sedikit panik. Sesampainya di the lodge Maribaya, tempatnya sungguh indah dan menakjubkan. Tapi, sama seperti di Batu. Semua tempat "diuangkan". Di tiap spot foto rata-rata kami harus membayar senilai 20.000 dan kami memilih tidak membayar tiket spot foto sama sekali. Kami hanya menikmati alam seraya sesekali berfoto di tempat-tempat yang sejuk. Setelah sholat ashar kami sejenak menuju fairy garden yang merupakan satu kesatuan paket dengan the lodge Maribaya. Setelahnya kami pulang dan makan seblak jebred yang menurutku cukup enak. Kami juga menghabiskan waktu di surabi serta lalapan di daerah dekat kampus universitas Pasundan.

Hari ketiga

Hari terakhir. Teman-temanku batut bangun pukul 10.00. setelah mandi kami langsung menuju masjid Salman ITB untuk melaksanakan sholat Jumat. Setelahnya kami berwisata street food di sekitar masjid Salman, seperti yang ada di sekitar masjid jami' Malang. Harganya relatif murah dan rasanya juga enak. Aku sangat puas makan minum di situ. Setelah itu kami pulang ke Bintaro dan melanjutkan rutinitas seperti biasa. Terima kasih Bandung!

Minggu, 15 Juli 2018

PKN STAN RUNNING

Dibandingkan tempat perkuliahanku, aku memiliki usia yang lebih tua. PKN STAN baru berumur 3 tahun. Maka dari itu, tahun ini di acara dies natalis ketiga kampus ali wardhana ini diadakan PKN STAN RUNNING. Ini adalah salah satu dari banyaknya rangkaian acara di dies natalis ketiga PKN STAN. Sesungghnya, aku tidak mempunyai semangat mengikuti acara tahunan ini. Bahkan aku berencana pulang saja daripada harus menghabiskan waktu di Bintaro. Namun, semua berubah saat ada "kewajiban" absen yang selalu saja menjadi senjata utama panitia dalam meramaikan event di PKN STAN. Ditambah dosen Lab. PPN dan PPnBM ku meminta ada perkuliahan di tengah-tengah acara dies natalis karena beliau minggu lalu tidak bisa hadir disebabkan menjadi pemantau dalam SPMB PKN STAN 2018.

Ku pikir lengkap sudah penderitaanku. Apalagi harga tiket yang sangat mahal, tiket kereta pun sudah habis. Hmmmm... benar-benar tidak diizinkan pulang. Tapi, setidaknya ada Daru, Bahy, Dwi, dan Akmal yang mengajakku liburan di Bandung selama 3 hari. Lumayan lah menjadi pengobat rasa rinduku ke Malang, karena suasana dan temperatur Bandung dan Malang hampir sama. PKN STAN RUNNING sendiri diadakan pada tanggal 15 Juli 2018. Seharusnya aku sangat bersemangat dalam mengikuti acara ini karena aku suka berlari. Tetapi, dengan staminaku yang sudah jauh berkurang aku bermalas-malasan dan berniat absen saja lalu pulang. Dwi menyemangatiku dan dia ingin mendapatkan juara di acara ini. Jadi lah aku semangat dalam berlari. Walaupun di akhir-akhir pelarian itu aku tersengal-sengal, tetapi aku cukup menikmatinya.

Setelah PKN STAN RUNNING aku memutuskan untuk absen dalam peringatan dies natalis, lalu sorenya aku mengikuti juga rangkaian kampus expo walaupun cuma sebentar. Setelah memakan mi yamin bakso, aku dan Daru serta teman-temanku yang lainnya memutuskan untuk kembali ke kos. Selamat ulang tahun yang ketiga PKN STAN!

Selasa, 10 Juli 2018

1 windu

Sejujurnya, saat masih bersekolah hobiku adalah menulis (selain bermain sepak bola, basket, dan pekerjaan ga penting lainnya tentunya). Menulis apapun itu, cerpen, curahan hati, puisi, bahkan hal yang tidak penting pun aku suka menulisnya.

Namun, sejak SMA dan terutama sejak kuliah di PKN STAN. Hobi menulisku benar-benar hilang. Entah mengapa. Semakin hari aku semakin malas menulis. Biasanya tulisan di blog-ku, ku bagi menjadi 2. 1 tulisan pribadi dan 1 tulisan yang layak dikonsumsi umum. Jiah...  bahasanya "dikonsumsi umum", padahal reader aja ga ada hahaha.

Tapi, ketika malam ini aku tidak bisa tidur sama sekali karena mungkin tadi aku sudah cukup tidur. Aku kembali membaca postinganku di zaman dahulu yang sangat rajin sekali menulis. Setelah itu, aku jadi semangat lagi untuk menulis.

Ya, ku putuskan mulai besok aku akan menulis lagi!

Setelah 1 windu. I'm back honey!

Kamis, 14 Juni 2018

That Time

Nobody really knows -even the closest person I have in my life, nor my mom, my very best friend, my girlfriend- how I struggled to be the best player in my basketball team. Going to school by bike for 20kms to get better stamina. Be the first who came to court and the last to leave. How I always trained my skill alone in smanesi.

Nobody really knows -even the closest person I have in my life, nor my mom, my very best friend, my girlfriend- how I regret all of those memories why I stupidly gave up for something I really wanted before.

Such a moron.

Around here, however we don't look backwards for very long. We "Keep Moving Forward" opening up new doors, doing new things, because we're curious... And curiosity keeps leading us down new paths. -Meet The Robinson 

Kamis, 03 Mei 2018

Envious

Aku pernah-dengan perasaan sedih-melihat teman-teman seperjuanganku berjuang di DBL dari pinggir lapangan, setelah kami sempat berjuang bersama mendapat juara 2 turnamen basket sejatim

Aku pernah-dengan perasaan sedih-melihat teman-teman seperjuanganku dipanggil Villa 2000 dan timnas dari surat kabar, setelah kami sempat berjuang bersama mendapat juara 2 turnamen antar SSB se-malang raya

Aku pernah-dengan perasaan sedih-melihat teman-teman seperjuanganku berjuang di OSN SMP dan SMA, setelah kami sempat berjuang bersama di siswa berprestasi dan mendapat juara 2 se-kabupaten Malang

Dan kali ini, sekali lagi, aku-dengan perasaan sedih-melihat teman-teman seperjuanganku berjuang di 4 lomba berbeda, setelah kami sempat berjuang bersama di lomba sebelumnya dan mendapat juara 2 di kompetisi pajak tersebut